TRIBUNSHOPPING.COM - Di era meningkatnya apresiasi terhadap produk lokal berkualitas, Yukayu hadir sebagai salah satu produk UMKM inspiratif yang berhasil memadukan estetika dengan nilai tradisi dalam setiap karya kerajinan kayunya.
Didirikan dan dijalankan oleh Octafianti Kumarasari, seorang perempuan berusia 40 tahun yang telah menekuni usaha pembuatan perabot dapur dari kayu sejak tahun 2019, Yukayu tidak hanya menawarkan produk fungsional, tetapi juga mengangkat kearifan lokal serta keindahan material kayu alam.
Baca juga: Yukayu: Sentuhan Kayu Klasik dalam Perabot Dapur Karya Octafianti Kumarasari
Perabot dapur dari kayu kini bukan sekadar alat rumah tangga, tetapi juga menjadi simbol gaya hidup yang menghargai handmade craftsmanship dan daya tahan material alami yang tak lekang oleh tren.
Kayu sebagai material utama dipilih bukan hanya karena keindahannya, tetapi juga ketahanannya dan kemampuannya menghadirkan nuansa hangat dalam ruang dapur dan rumah.
Produk perabot dari kayu kini semakin diminati karena desainnya yang estetik dan fungsinya yang praktis, sekaligus menonjolkan karakter budaya Indonesia yang kaya akan tradisi kerajinan tangan.
Fenomena meningkatnya minat terhadap produk kayu buatan tangan merupakan bukti nyata bahwa konsumen kini peduli terhadap kualitas, cerita di balik produk, dan dukungan terhadap pelaku UMKM lokal.
Baca juga: Yukayu Craft: Menyulap Kayu Biasa Menjadi Homeware Bernilai Seni Tinggi
Sejalan dengan tren tersebut, Yukayu berhasil mencuri perhatian sebagai brand yang konsisten menghadirkan karya berkualitas tinggi yang tidak mudah ditemukan di pasar massal.
Dalam artikel ini, kami akan mengajak kamu untuk lebih mengenal bagaimana Yukayu menciptakan perabot dapur kayu yang estetik sekaligus sarat nilai budaya, dari proses pembuatan, filosofi desain, hingga maksud kuat di balik setiap produknya.
Dari Ketertarikan Jadi Kerajinan: Cerita Yukayu, UMKM Perabot Dapur Kayu Bernilai Tradisi
Brand Yukayu lahir dari ketertarikan Octafianti Kumarasari terhadap produk homeware dari kayu, bukan hanya sebagai barang fungsional, tetapi juga sebagai karya estetis dan bernilai budaya.
Sejak memulai usahanya pada tahun 2019, ibu Octafianti terus bereksperimen dan mengembangkan teknik dasar yang sederhana menjadi sebuah produk kerajinan kayu berkualitas tinggi yang kini dikenal di berbagai kalangan.
Dalam wawancara, beliau mengungkapkan awal mula karirnya.
“Oh iya, awal mula saya jadi perajin woodcraft itu karena memang pertama tertarik ya dengan homeware, karena kami kan membuat homeware yang dari kayu gitu. Jadi memang sudah suka dengan, sering beli gitu terus kepikiran untuk membuat sendiri, produksi sendiri.adi kami coba mengumpulkan desain lah seperti itu,” ujar Octafianti dalam wawancaranya dengan Cenderaloka pada (23/5/2025).
Perjalanan produksi Yukayu dimulai dari produk yang sederhana seperti talenan kayu.
“Awalnya bikinnya talenan. Kami ada perajin kayu yang kebetulan juga tetangga jadi kami minta tolong untuk dibuatkan. Awalnya karena suka, terus berpikir kenapa tidak diproduksi sendiri lalu dijual,” tuturnya.
Reaksi positif dari orang‑orang terdekat menjadi dorongan awal yang kuat, sehingga produksi berkembang hingga ikut pameran besar seperti Inacraft 2024 di Jakarta.
Kolaborasi Teknik dan Kreativitas dalam Produk
Yukayu tidak hanya menghasilkan produk massal seperti talenan, tatakan gelas, atau piring, tetapi juga menciptakan versi eksklusif dan limited edition dengan teknik finishing yang unik.
Baca juga: Sempat Tidak Ada Pemasukan saat Pandemi, Rnie Flowercraft Bangkit Melalui Kerajinan Tangan
Ibu Octafianti menjelaskan pembeda kreatif mereka.
“Kita ada dua jenis produk, produksi jumlah banyak. Tapi kita juga ada produk‑produk yang memang eksklusif,” tuturnya.
“Kita ada teknik finishing yang beda‑beda mengikuti arah serat kayunya, juga kombinasi dengan resin,” lanjutnya.
Teknik seperti efek stone (batu) melalui pembakaran kayu memberi karakter unik yang tidak ditemukan di produk kayu biasa.
Inspirasi desain Yukayu datang dari berbagai sumber, termasuk aplikasi visual seperti Pinterest, yang kemudian disesuaikan dengan karakter kayu yang tersedia.
“Kami pakai aplikasi, seperti Pinterest. Itu buat mancing ide‑nya kita lihat di Pinterest sih mbak, paling sering.”
Nilai Tradisi, Sentuhan Emosional, dan Pasar yang Luas
Walaupun Ibu Octafianti belum secara formal mencantumkan makna tradisi budaya untuk setiap karyanya, beliau menunjukkan bahwa proses handmade dan nilai emosional dari produk yang dibuat dengan kasih sayang merupakan bagian penting dari identitas Yukayu.
“Kalau tradisi budaya mungkin lebih handmade gitu ya dan ada sentuhan emosional, classic, unik juga,” jelasnya.
Produk Yukayu kini banyak diminati resto, kafe, serta masyarakat yang mencari homeware fungsional sekaligus bernilai seni.
Baca juga: 4 Rekomendasi Tas Produk UMKM di Cenderaloka yang Limited Edition Cocok Dipakai ke Berbagai Acara
Perjalanan Yukayu menunjukkan bagaimana sebuah UMKM lokal bisa tumbuh dengan kreativitas, ketekunan, dan inovasi yang memadukan estetika modern dan kehangatan tradisi dalam setiap karya kayunya.
(Cynthia/Tribunshopping.com)