Cenderaloka

Tantangan Batik Tresno Dharma Melestarikan Budaya: Modernisasi Motif di Tangan Perajin Muda

0
Penulis: cynthiaparamithatrisnanda
Editor: Ananda Putri
Perajin Batik Asal Matesih, Karanganyar, Batik Tresno Dharma

TRIBUNSHOPPING.COM - Di tengah arus globalisasi dan tren fashion yang terus berubah, batik tulis tradisional tetap berdiri sebagai identitas budaya bangsa yang sarat nilai sejarah dan filosofi. 

Namun, menjaga warisan batik leluhur bukanlah perkara mudah, terutama di era modern yang menuntut kecepatan, efisiensi, dan inovasi tanpa menghilangkan makna. 

Di sinilah peran para pelaku batik menjadi sangat penting, tidak hanya sebagai perajin, tetapi juga sebagai penjaga nilai budaya yang diwariskan lintas generasi.

Baca juga: Menjaga Tradisi, Perjalanan Reni Suprihatin Melestarikan Batik Tulis Melalui Batik Tresno Dharma

Salah satu sosok yang konsisten menapaki jalan tersebut adalah Reni Suprihatin, pemilik Batik Tresno Dharma. 

Melalui usahanya, Reni tidak sekadar memproduksi kain batik, tetapi merawat ingatan kolektif tentang batik tulis sebagai karya seni bernilai tinggi. 

Ia memilih tetap setia pada teknik tradisional, motif filosofis, serta proses pembuatan yang penuh ketelatenan, sambil perlahan menghadirkan sentuhan modern agar batik tetap relevan dengan selera masa kini.

Batik Tresno Dharma lahir dari kecintaan mendalam terhadap warisan leluhur, sekaligus kegelisahan akan semakin terpinggirkannya batik tulis di tengah maraknya batik printing.

Baca juga: Batik Tresno Dharma, Pengusaha Muda yang Lestarikan Budaya Leluhur Turun-Temurun

Artikel ini akan mengajak Anda menyelami kisah Reni Suprihatin dalam menjaga warisan batik leluhur melalui Batik Tresno Dharma. 

Bagaimana ia memaknai batik sebagai identitas, tantangan yang dihadapi, serta upayanya menjembatani tradisi dan zaman. 

Reni Suprihatin dan Lahirnya Batik Tresno Dharma

Pengunjung Batik Tresno Dharma saat Melakukan Workshop Membatik (instagram.com/batik_tresnodharma)

Di balik hamparan alam hijau Kabupaten Karanganyar, tersimpan sebuah desa yang dikenal luas sebagai pusat batik tulis tradisional, yakni Desa Girilayu, Kecamatan Matesih. 

Desa ini kerap disebut Kampung Batik Girilayu karena aktivitas membatik telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakatnya sejak lama. 

Tradisi tersebut bahkan telah berlangsung sejak masa Mangkunegaran dan diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.

 

Kain Batik Motif Bunga Kupu Coklat Hitam dari Batik Tresna Dharma

 

Salah satu pelaku usaha yang konsisten menjaga sekaligus mengembangkan tradisi ini adalah Reni Suprihatin, pemilik Batik Tresno Dharma.

Perempuan berusia 32 tahun ini telah mengenal dunia batik sejak duduk di bangku sekolah dasar. 

Pengalaman panjang sebagai pengrajin batik di Solo dan Sukoharjo menjadi bekal penting sebelum akhirnya ia mendirikan usaha batiknya sendiri pada tahun 2018.

Batik Tresno Dharma, Karanganyar, Dikunjungi Berbagai Kalangan (instagram.com/batik_tresnodharma)

Reni mengungkapkan bahwa keputusan mendirikan Batik Tresno Dharma berangkat dari pengalaman pribadinya sebagai pengrajin. 

“Latar belakangnya sih (saya) dari pengrajin di Solo, sekarang buat usaha batik,” ungkap Reni saat diwawancarai Cenderaloka, Rabu (13/9/2025).

Sejak kecil, ia tumbuh di lingkungan keluarga yang lekat dengan aktivitas membatik, sehingga keinginannya untuk memiliki usaha sendiri menjadi wujud pencarian identitas dan kreativitas personal.

Perpaduan Motif Klasik dan Desain Kontemporer

 

Kain Batik Tulis Custom dari Batik Tresno Dharma

 

Batik Tresno Dharma dikenal memiliki karakter berbeda dibanding batik tradisional pada umumnya. 

Selain tetap memproduksi motif klasik yang sudah memiliki pakem, Reni juga menghadirkan desain baru hasil kreasinya sendiri. 

Baca juga: Tips Memilih Bahan Batik Nyaman, Adem, dan Fashionable Agar Tampil Modern dan Stylish

“Kalau batik motif klasik biasanya udah pakem. Tpi kalau desain baru, biasanya buat sendiri,” jelasnya. 

Warna-warna cerah dan teknik gradasi menjadi ciri khas yang membedakan batiknya dari batik Solo yang identik dengan warna gelap.

Teknik gradasi tersebut diaplikasikan dalam proses pewarnaan dengan mengombinasikan warna muda dan tua. 

Batik Tresno Dharma saat Mengenalkan Produknya Melalui Pameran (instagram.com/batik_tresnodharma)

“Teknik penciptaan batiknya saya menggunakan teknik gradasi. Dalam proses pewarnaannya ada warna muda dan warna tua yang kemudian dicampur,” jelas Reni. 

Untuk motif kontemporer, ia menegaskan bahwa desain tersebut tidak memiliki makna filosofis khusus. 

“Kalau motif yang saya buat sendiri itu kontemporer kak, jadi tidak ada makna yang tertentu,” ujarnya. 

Meski demikian, Batik Tresno Dharma tetap melayani pesanan khusus.

 

Kain Batik Ciprat Motif Kupu-Kupu dari Batik Tresno Dharma

 

“Tapi biasanya ada ciri khas daerah yang dipesan, seingga bisa by request,” tambahnya.

Dalam proses produksi, Reni menggunakan berbagai jenis kain seperti primis, prima, primis sandforidz, hingga sutera. 

Ia menjelaskan tahapan pembuatannya secara garis besar. 

“Pertama, menyediakan kain. Kemudian setelah it menyiapkan pola yang akan dibuat,” jelas Reni. 

Setelah pola digambar di atas kain, proses membatik dengan malam dan pewarnaan dilakukan. 

“Setelah (ada) pola di atas kainnya, lalu dibatik pertama. Setelah itu diwarna,” tuturnya. 

Waktu pengerjaan pun bervariasi. “Kalau motifnya penuh itu satu bulanan. 

Batik Tresno Dharma saat Melangsungkan Pameran UMKM (instagram.com/batik_tresnodharma)

Soalnya proses pencelupan sampai dua kali,” kata Reni.

Dalam perjalanan usahanya, Reni juga menghadapi tantangan selera pasar.

Baca juga: Batik Tulis Girilayu Karanganyar: Menghidupkan Tradisi, Mewariskan Keindahan Budaya Mangkunegaran

“Batik itu (yang biasa dicari) adalah warna Solo yang cokelat hitam, tapi warna itu di sini (di Batik Tresno Dharma) belum terlalu tren,” tutur Reni. 

Untuk menyiasatinya, ia memperluas jaringan pemasaran. 

“Akhirnya kita kerja sama sama relasi yang mau nerima warna itu,” tambahnya.

 

Kain Batik Motif Bunga Kupu Biru dari Batik Tresno Dharma

 

Lebih dari sekadar usaha, Batik Tresno Dharma menjadi sarana pelestarian budaya. 

Reni berharap tradisi membatik terus berlanjut. 

“Kalau tidak meneruskan, nanti akan berhenti. Jadi agar ada penerus untuk generasi selanjutnya,” ungkapnya. 

Semangat ini sejalan dengan masyarakat Girilayu yang terus berinovasi mengembangkan motif khas daerah, sebagai bukti bahwa batik tradisional tetap hidup dan relevan di tengah perubahan zaman.

(Cynthia/Tribunshopping.com)

Komentar
Tulis komentar Anda...(max 1500 karakter)

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Artikel Terkini

Produk Handphone

Daftar HP Harga 2 Jutaan dari OPPO dan realme Bulan Desember 2025: OPPO A6, OPPO A5i Pro, realme C85

Cenderaloka

Bunda Craft Terbantu dengan Cenderaloka: Tak Perlu Buang Waktu Promosi

Tips Home Care

Awet Tajam, Intip 12 Tips Mencegah Pisau Blender Cepat Tumpul

Aksesoris Fashion

4 Rekomendasi Jam Tangan Wanita BurnBurn Paris: Model Terbaik untuk Sehari-hari

Cenderaloka

4 Rekomendasi Fashion Lurik untuk Wanita dari UMKM di Cenderaloka, Berkualitas dan Limited Edition