TRIBUNSHOPPING.COM - Di balik keindahan alam Kaki Gunung Lawu, Desa Girilayu yang terletak di Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, tidak hanya dikenal karena sejarahnya yang kaya, termasuk makam Pangeran Samber Nyawa dan Presiden Soeharto.
Desa ini juga memiliki potensi yang luar biasa, yaitu batik tulis yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakatnya.
Batik yang diproduksi di desa ini bukan hanya sebuah karya seni, tetapi juga simbol kekuatan budaya yang telah bertahan sejak zaman kerajaan Mangkunegaran.
Batik Girilayu: Warisan Sejarah dari Kadipaten Praja Mangkunegaran
Sejak abad ke-18, sekitar tahun 1775, Desa Girilayu telah menjadi pusat industri batik yang diwariskan turun-temurun. Tradisi membatik ini dimulai pada masa Mangkunegara I, dan hingga kini, masih dijaga oleh masyarakat setempat.
Batik Girilayu tidak hanya sekadar kain bergambar, tetapi juga sebuah cerita hidup yang mencerminkan kedekatan desa ini dengan Kadipaten Praja Mangkunegaran di Solo.
Salah satu motif khas batik Girilayu yang paling terkenal adalah Tugu Tri Dharma, yang menjadi simbol perjuangan Pangeran Samber Nyawa, sebuah pahlawan yang sangat dihormati di daerah ini.
Baca juga: Blangkon Solo, Mengangkat Kearifan Lokal dalam Industri Kreatif Menuju Pasar Global
Batik Tulis Girilayu: Melestarikan Tradisi dengan Sentuhan Modern
Batik tulis Girilayu memiliki kekhasan yang membedakannya dengan batik dari daerah lain seperti Solo dan Pekalongan.
Metode pembuatan batik yang masih menggunakan canting tradisional ini bertujuan untuk melestarikan budaya batik Indonesia.
Salah satu pengrajin batik yang berperan penting dalam melestarikan warisan ini pemilik toko batik Wahyu Asih yaitu Yuli Asih (35).
Sejak 2015, Yuli menggeluti usaha pembuatan batik tulis yang menggabungkan teknik tradisional dengan desain yang lebih modern, mengikuti perkembangan zaman hingga berhasil menyulap rumahnya menjadi showroom batik.
"Sejak kecil, saya sudah belajar membatik dari ibu dan nenek saya yang juga pembatik. Mereka mengajarkan saya seni membatik yang sudah diwariskan turun-temurun," kata Yuli dengan bangga saat ditemui tim Tribun Network di kediamannya (17/12/2024) lalu.
Keluarganya yang telah lama berkecimpung dalam dunia batik membuat Yuli merasa terikat erat dengan warisan budaya ini.
Bahkan, Yuli sempat bekerja di Laweyan, sentra batik terkenal di Solo, sebelum akhirnya memutuskan untuk mendirikan usaha batik di kediamannya.
Proses Pembuatannya: Antara Waktu, Keterampilan, dan Kesabaran
Pembuatan batik tulis di Desa Girilayu memerlukan waktu yang tidak singkat, tergantung pada motif yang dipilih.
Beberapa motif khas seperti Wahyu Darmono dan Sidomukti bisa memakan waktu hingga tiga bulan untuk selesai, sementara motif yang lebih sederhana dapat selesai dalam waktu satu hingga satu setengah bulan.
"Setiap motif memiliki tantangan tersendiri, dan ini adalah bagian dari proses seni yang kami jaga dengan sepenuh hati," jelas Yuli.
Selain itu, Yuli juga menerima pesanan batik sesuai keinginan pelanggan, baik untuk acara resmi maupun sebagai souvenir pribadi.
Batik tulis Girilayu sangat cocok digunakan sebagai hadiah atau cendera mata karena memiliki nilai sejarah dan seni yang tinggi.
Keunikan Batik Girilayu: Sentuhan Lokal yang Tak Terlupakan
Batik Girilayu memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh batik dari daerah lain, terutama dalam hal desain dan warna.
Motif Tugu Tri Dharma yang menjadi identitas desa ini memberikan kesan lokal dan mendalam, terkait dengan sejarah perjuangan masyarakat sekitar.
Selain itu, batik Girilayu dikenal memiliki warna yang lebih alami dan menenangkan, sangat berbeda dengan batik Solo yang cenderung lebih gelap dan batik Pekalongan yang lebih cerah dan beragam.
Dalam hal bahan, Girilayu menawarkan pilihan kain yang beragam, mulai dari kain katun hingga sutra.
Kain katun, dengan tekstur lebih padat dan solid, memberikan kesan kokoh, sementara sutra memberikan kesan yang lebih ringan dan elegan dengan kilau alami.
"Kami ingin memberikan pilihan yang sesuai dengan selera dan kebutuhan pelanggan, baik untuk acara formal maupun kasual," ujar Yuli.
Baca juga: Batik Lasem Sekar Mulyo, Batik Tulis Premium Andalkan Pemasaran Online
Pemasaran Batik Girilayu: Dari Kain Lembaran hingga Baju Jadi
Sampai saat ini, pemasaran batik tulis Girilayu masih dilakukan secara offline.
Selain di kediaman Yuli, produk batik ini dapat ditemukan di berbagai toko di Kabupaten Karanganyar dan sekitarnya.
Yuli juga rutin mengikuti berbagai pameran dan expo, baik di dalam maupun luar kota, untuk mengenalkan batiknya kepada masyarakat yang lebih luas.
Ke depannya, Yuli berencana untuk mengembangkan bisnisnya dengan memproduksi pakaian jadi, bukan hanya kain batik lembaran.
Ia berharap, dengan memodernisasi pilihan warna dan desain, batik Girilayu dapat lebih diterima oleh kalangan anak muda.
"Kami ingin batik Girilayu tetap eksis di pasar, terutama di kalangan generasi muda yang bisa menjadi penerus tradisi ini," tambah Yuli.
Dengan mengkombinasikan batik tulis dan batik cap, Yuli berharap dapat memberikan lebih banyak variasi dan pilihan bagi pelanggannya, sambil tetap mempertahankan kualitas dan keunikan desain yang menjadi ciri khas batik Girilayu.
Batik Girilayu: Ekspresi Kreativitas dan Identitas Budaya
Batik Girilayu bukan hanya sekadar kain atau pakaian, tetapi merupakan ekspresi dari kreativitas dan identitas budaya yang harus terus dilestarikan.
Dengan usaha yang gigih dari para pengrajin seperti Yuli, batik Girilayu akan terus berkembang dan dikenal oleh banyak orang, terutama generasi muda.
Melalui warisan budaya yang kaya ini, kita tidak hanya mengenal keindahan seni batik, tetapi juga menghargai sejarah dan perjuangan yang terkandung di dalamnya.
Dukungan Nyata dari Pemerintah Setempat
Dihubungi secara terpisah oleh tim Tribun Network (23/01/2025), Camat Matesih Sugiharjo, SIP., MM, menjelaskan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar memang sudah melakukan beberapa langkah nyata dalam mempromosikan Batik Girilayu.
"Batik Girilayu selalu dibawa oleh Pemkab Karanganyar ke luar kota dan memperkenalkannya melalui berbagai event, seperti pameran dan kerja sama dengan berbagai pihak. Selain itu, di tingkat Kecamatan Matesih ada rencana untuk membuat showroom di tingkat kecamatan yang dapat memudahkan wisatawan dan masyarakat lokal untuk mengenal lebih dekat produk batik ini," ungkap mas Giharjo sapaan akrabnya.
"Kami ingin Batik Girilayu memiliki ciri khas yang mudah dikenali, dan dapat bersaing dengan merek-merek batik besar lainnya, seperti Danar Hadi. Untuk itu, kami berharap lebih banyak promosi, baik melalui media massa, pameran, maupun kerja sama dengan sektor wisata, sehingga Batik Girilayu bisa lebih berkembang dan dikenal luas. Kami juga berencana untuk memperkenalkan Batik Girilayu dengan cara yang lebih inovatif, seperti diintegrasikan dengan produk pariwisata dan pusat-pusat perbelanjaan," imbuhnya.
Kini Desa Girilayu di Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar tidak hanya dikenal dengan makam Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said dan Presiden ke-2 RI, Soeharto.
Di desa itu memiliki potensi luar biasa, yakni batik tulis yang diwariskan turun-temurun oleh warganya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(PRAMANUHARAOEE/TRIBUNSHOPPING.COM)