TRIBUNSHOPPING.COM - Batik bukan sekadar kain, tetapi warisan budaya Indonesia yang kaya akan filosofi, motif, dan nilai seni tinggi.
Di tengah maraknya batik printing yang lebih cepat dan massal, Daradjati Batik hadir sebagai salah satu pengrajin yang konsisten mempertahankan keaslian batik tulis.
Didirikan dan dijalankan oleh Trisno Prasetio dari Klitren Lor GK 3 No 515, Gondokusuman, Yogyakarta, usaha ini tidak hanya menghadirkan kain batik berkualitas, tetapi juga mengangkat cerita dan tradisi batik yang melekat kuat di budaya Jawa.
Baca juga: 5 Tips Tampil Elegan saat Kenakan Kain Batik, Bikin Outfitmu Makin Kece dan Fashionable
Trisno Prasetio menekuni dunia batik dengan penuh dedikasi, terinspirasi dari keindahan motif klasik dan nilai filosofis yang terkandung di setiap goresan malam pada kain.
Keinginannya untuk mempertahankan tradisi batik tulis di era modern mendorong lahirnya Daradjati Batik, yang kini dikenal sebagai tempat produksi batik dengan kualitas tinggi dan desain eksklusif.
Baca juga: Review Produk Batik dari Tsamara Fashion, Cocok Dipakai Ngantor dan Acara Formal
Dalam artikel ini, pembaca akan diajak menelusuri perjalanan inspiratif Trisno Prasetio dalam membangun usaha batiknya, mulai dari proses kreatif, tantangan yang dihadapi di tengah persaingan batik printing, hingga strategi yang dijalankannya untuk tetap relevan di pasar.
Kisah Daradjati Batik menjadi bukti nyata bagaimana ketekunan, kreativitas, dan kecintaan pada budaya lokal mampu menghasilkan karya batik tulis yang autentik, bernilai seni, dan tetap diminati generasi modern.
Daradjati Batik: Inovasi dan Warna Hitam sebagai Strategi Bertahan di Era Batik Printing
Di tengah maraknya batik printing yang diproduksi massal, Daradjati Batik hadir sebagai bukti bahwa batik tulis tetap relevan dengan pendekatan inovatif dan kreatif.
Digarap oleh Trisno Prasetio, seorang seniman yang memandang batik sebagai media ekspresi sekaligus jalan melestarikan budaya, Daradjati Batik memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dari batik kontemporer lainnya.
“Mungkin hampir sama dengan kebanyakan motif batik kontemporer lainnya, tetapi saya menggunakan warna gelap atau hitam, dan pasti ada motif kawung-nya,” ujar Trisno saat diwawancarai pada (25/9/2025).
Pemilihan warna hitam bukan sekadar estetika; warna ini memberi kesan tegas, kuat, dan elegan, sekaligus membuat motifnya mudah dipadupadankan dengan berbagai gaya pakaian modern.
Sementara motif kawung menjadi elemen wajib, karena menurut Trisno, motif ini melambangkan kebaikan, kesucian, dan keseimbangan, sehingga setiap kain yang dihasilkan menyimpan makna filosofis.
Baca juga: Tips Merawat Batik Cap agar Tetap Awet dan Tidak Mudah Luntur, Plus Rekomendasi Produk Cenderaloka
Inspirasi Trisno dalam berkarya lahir dari kebiasaan mencoret kain, yang kemudian berkembang menjadi batik abstrak.
“Buat saya, itu bentuk kebebasan dalam berkarya,” jelasnya.
Pendekatan ini membuat setiap karya Daradjati Batik memiliki karakter unik, sekaligus menonjol di tengah persaingan batik printing yang cepat dan massal.
Untuk menyiasati tantangan batik printing, Trisno melakukan inovasi pada bentuk dan warna batik agar lebih fleksibel, bisa dipakai oleh anak muda maupun orang tua.
Dari sisi pemasaran, Daradjati Batik mulai merambah digital, termasuk marketplace seperti Shopee, untuk menjangkau konsumen lebih luas.
Dukungan dari lingkungan sekitar dan pemerintah juga turut membantu, melalui kesempatan pameran dan kolaborasi yang membuka jaringan pasar baru.
Trisno mendorong generasi muda untuk tidak takut bereksperimen di dunia batik.
“Kalau suka, lakukan saja, jangan malu untuk mulai. Dunia batik bukan hanya milik orang tua atau kerajinan konvensional,” pesannya.
Daradjati Batik menunjukkan bahwa dengan inovasi warna, desain, dan strategi pemasaran, batik tulis dapat tetap eksis dan diminati, sekaligus menjadi sarana mengekspresikan kreativitas modern tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya.
Baca juga: Batik Giriarum, Eksistensi 10 Tahun Mencapai Pasar Internasional ke Paris
(Cynthia/Tribunshopping.com)