TRIBUNSHOPPING.COM - Di tengah gemerlap dunia fashion dan kerajinan yang terus berkembang, ada sosok inspiratif dari Yogyakarta yang telah berkiprah lebih dari dua dekade di dunia perajin.
Dialah Ibu Ratna, pemilik J Craft, yang memulai perjalanannya sejak anaknya duduk di bangku TK bermula dari sekadar iseng membuat gelang-gelang kecil, hingga kini menjadi pelaku UMKM yang mampu bertahan bahkan di tengah hantaman pandemi.
“Awalnya itu cuma iseng, bikin gelang sambil nunggu TK. Nggak nyangka ternyata laku. Dari situ keterusan bikin macam-macam karena kraft itu berkembang terus,” ujar Ratna kepada Cenderaloka mengisahkan awal mula perjalanannya.
Baca juga: Lintang Nyuminar, Memadukan Kerajinan Kulit dan Tenun Lurik untuk Meningkatkan Nilai Produk Lokal
Dari hobi sederhana, Ratna pun terus mengembangkan keterampilannya, hingga akhirnya menyadari bahwa yang ia lakukan bisa menjadi sumber penghasilan yang nyata dan menjanjikan.
Desain Tanpa Sketsa, Unik Setiap Produk
Salah satu hal yang membedakan produk J Craft dengan perajin lainnya adalah pendekatan desainnya yang sangat personal dan intuitif.
Ratna mengaku tidak pernah merancang atau menggambar desain terlebih dahulu.
“Kalau tangan sudah jalan, ya langsung jadi. Desainnya mengalir aja dari kepala,” katanya.
Hasilnya? Setiap karya, terutama aksesori seperti kalung dan gelang yang ia buat malah jadi unik, karena biasanya hanya tercipta satu, dan tidak akan sama jika diulang.
Ia bahkan menyebut bahwa ia tidak bisa membuat stok banyak dengan model yang sama.
Meskipun bahannya sama, hasil akhirnya akan selalu berbeda.
“Kalau ada satu produk ya cuma itu, laku, ya selesai. Mau bikin mirip pun tetap beda hasilnya,” tuturnya.
Karena itu, semua produknya bersifat limited edition, sesuatu yang justru menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggannya.
Dari Manik-Manik hingga Dekopage dan Daur Ulang
Produk awal Ratna adalah aksesoris dari manik-manik, yang kini kembali populer.
Namun seiring waktu, ia mulai mengeksplorasi berbagai jenis kerajinan lain, salah satunya adalah dekopage, teknik menempelkan tisu bergambar ke berbagai media seperti kayu, anyaman pandan, kaca, dan botol.
Teknik ini terbukti sukses dan masih banyak diminati hingga kini, terutama untuk menghias keranjang hampers yang biasa dipesan menjelang momen-momen spesial seperti Lebaran, Natal, atau ulang tahun.
Baca juga: Cenderaloka: Platform Jual Beli Produk Kerajinan dan UMKM Langsung dari Perajin Lokal
Namun inovasi tak berhenti di sana.
Ratna juga dikenal sebagai pelaku kerajinan daur ulang, terutama dari sisa kain atau perca. Ia melihat potensi besar dari limbah tekstil ini.
“Perca itu nggak bisa masuk bank sampah, paling dibakar atau jadi lap. Padahal sayang, banyak yang masih bagus, apalagi dari butik-butik,” jelasnya.
Dari sisa-sisa kain tersebut, ia berhasil menciptakan berbagai produk bernilai jual, seperti gantungan kunci, tempat tisu, dompet, coaster, dan hiasan tas pandan.
“Buat penjahit itu sampah, buat saya itu berkah,” ujarnya sambil tersenyum.
Bahkan, ia sering menerima kiriman dua karung perca dari para penjahit yang sudah kewalahan membuang sisa potongan kain.
Menginspirasi dari Pinterest hingga Gramedia
Dalam proses kreatifnya, Ratna mengaku banyak mendapatkan inspirasi dari berbagai sumber.
Kini, ia aktif mencari ide dari Pinterest dan Instagram.
Namun di masa lalu, ia lebih sering menghabiskan waktu di Gramedia, membaca buku-buku craft untuk mencari ide baru.
Ia merasa bahwa buku fisik masih menjadi referensi yang menyenangkan, karena lebih mudah dibuka-buka kembali saat ingin mereplikasi atau memodifikasi model.
Selain itu, Ratna juga aktif menjadi anggota komunitas perajin di Yogyakarta.
Ia sering berkumpul dengan sesama pengrajin seperti komunitas rajut, komunitas penjahit, hingga pelaku ekoprint.
“Kita sering sharing, saling belajar, dan kadang ikut workshop bareng. Teman-teman di sini juga nggak pelit ilmu, biasanya kalau kita minta izin ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) ya dibolehin,” ujarnya.
Dalam komunitas yang diikuti Ratna ini juga membuka banyak kesempatan lewat keikutsertaan dalam lokal market, seperti Pasar Wiguna Yogyakarta dan Pasar Musokoweni Yogyakarta, yang menjadi ruang kreatif sekaligus peluang bisnis.
Custom Order dan Karya dengan Hati
Satu hal yang sangat ditekankan Ratna adalah bahwa meskipun bisnis ini berawal dari iseng, ia selalu membuat setiap karya dengan sepenuh hati.
“Setiap produk dikerjakan dengan sukacita. Mungkin itu yang bikin banyak yang repeat order,” ungkapnya.
Meskipun produk kerajinan di J Craft bukan produsen massal, tetapi Ratna tetap bisa menerima pesanan custom dalam jumlah tertentu, namun dengan syarat waktu pengerjaan yang lebih fleksibel.
Ia juga mengakui bahwa membuat ulang model yang sama bisa terasa membosankan, namun tetap ia kerjakan dengan komitmen saat ada pesanan masuk.
“Pernah dapat pesanan kalung batik jumlah banyak dengan model yang mirip semua. Bisa sih, ya karena ada duitnya juga,” katanya sambil tertawa.
Berdaya dari Limbah, Berjaya Lewat Kreativitas
Apa yang dilakukan Ibu Ratna adalah contoh nyata bahwa kreativitas bisa mengubah sesuatu yang dianggap limbah menjadi produk bernilai tinggi.
Misalnya, dari perca gratisan, ia bisa membuat tempat tisu yang dijual Rp25.000 atau gantungan kunci Rp10.000.
Jumlah kecil jika satu, namun sangat potensial bila dibuat dalam skala kecil-menengah.
Ia percaya bahwa UMKM bisa bertahan jika terus berinovasi dan tidak takut untuk mengembangkan diri.
Bahkan, meski telah menjalani usaha selama lebih dari 20 tahun, Ratna masih terus belajar dan membuka diri terhadap hal-hal baru.
Sebagai bagian dari pelaku ekonomi kreatif, Ratna berharap produk-produk lokal seperti yang ia buat bisa terus mendapat tempat di hati masyarakat.
Ia mengajak generasi muda untuk tak malu berkarya dan memanfaatkan apa yang ada di sekitar mereka.
“Kalau memang suka, ya jalanin dengan hati. Jangan anggap sepele kerajinan, karena dari hal kecil itu bisa jadi jalan rezeki. Dan yang penting: jangan takut beda,” pungkasnya.
Dengan semangat, ketekunan, dan cinta pada kerajinan, Ratna telah membuktikan bahwa yang berawal dari iseng, bisa menjadi sumber penghidupan yang bermakna—bahkan menginspirasi banyak orang di sekitarnya.
Baca juga: RG Ecoprint, Kerajinan Daun yang Membawa Keindahan Alami ke Dunia Fashion
Cek Artikel dan Berita lainnya di
(Cynthiap/Tribunshopping.com)