TRIBUNSHOPPING.COM - Jammak Craft merupakan sebuah usaha kerajinan yang didirikan oleh Indriani pada tahun 2011.
Sebelumnya, Indriani sudah lama berbisnis ekspor dengan nama Jaya Makmur sejak tahun 2008.
Namun, krisis Eropa membuatnya berhenti berbisnis ekspor dan beralih fokus ke kerajinan lokal.
Karena itu, ia mengganti nama menjadi Jammak Craft, dengan tujuan yang lebih mudah diingat.
Menurut Indriani, awalnya ia menjual produk-produk kerajinan seperti bingkai kaca dan aksesori ekspor.
Tapi, setelah Facebook mulai populer pada tahun 2011, ia memutuskan untuk memasarkan produk-produknya lewat media sosial.
Ternyata, cara ini sangat efektif dan produk Jammak Craft semakin banyak dibeli, bahkan lebih banyak daripada saat ia berbisnis ekspor.
Mengapa Memilih Bisnis Kerajinan?
Indriani selalu suka dengan barang-barang yang etnik dan alami dan ia juga suka menata barang-barang di rumah.
Hal ini membuatnya tertarik untuk berbisnis kerajinan.
“Saya suka menata dan koleksi barang-barang alam yang kuno,” ujarnya.
Dengan pengalaman bekerja di perusahaan ekspor furniture dan kerajinan juga sebelumnya, ia tahu cara mencari pembeli, jadi ia mulai memproduksi sendiri dan menjualnya.
Awalnya, produk pertama yang diekspor adalah bingkai dari lidi dan pelepah pisang, lalu berkembang menjadi produk home decor tetapi penjualannya secara lokal, seperti tempat majalah dan kotak tisu.
Produk-produk ini ternyata banyak diminati, terutama di luar Jawa.
Baca juga: Malessa, Inovasi Desain dan Kualitas Unggulan dalam Setiap Koleksi Pakaian
Proses Kreatif di Jammak Craft
Meskipun Indriani merasa tidak terlalu pandai mendesain, ia sering mencari inspirasi dari berbagai tempat, seperti buku IKEA.
“Saya sering lihat buku IKEA, dan memberi ide ke suami saya untuk diterapkan ke produk kami,” ceritanya.
Setelah desain selesai, ia meminta pegawainya untuk memproduksi barang tersebut.
Bahan-bahan utama yang digunakan untuk produk Jammak Craft sebagian besar berasal dari Solo, seperti pandan dan batik.
Untuk produk kecil, mereka menggunakan bahan yellowboard yang dilapisi kain atau kulit sintetis.
Tantangan dalam Bisnis
Jammak Craft tentu menghadapi banyak tantangan, terutama dalam bersaing dengan produk serupa dan menjaga kualitas.
Meski penjualan menurun dalam beberapa tahun terakhir, Indriani tetap bersemangat dan terus memposting produk-produknya di media sosial.
“Walaupun penjualan turun, saya tetap terus berusaha,” katanya.
Indriani memilih untuk tetap berpegang pada prinsip idealis dan tidak ingin bergantung pada orang lain.
Ia tetap memproduksi barang-barang dengan ciri khas Jammak Craft, seperti produk kecil yang cocok untuk oleh-oleh, seperti bingkai foto dan lanyard.
Harapan untuk Masa Depan
Indriani berharap, Jammak Craft bisa terus berkembang dan hidup dari hasil kerajinan tangannya bahkan hingga membuka toko.
Ia juga berharap pemerintah lebih mendukung UMKM dengan memberikan tempat khusus bagi mereka untuk menjual produk-produk mereka di lokasi-lokasi ramai.
“Saya ingin punya toko yang berisi produk-produk saya dan anak saya. Anak saya juga pintar melukis, jadi kami ingin mengembangkan produk home decor dan menerima pesanan untuk desain ruang dapur minimalis,” kata Indriani.
Baca juga: Mengungkap Cerita Sukses Ecozie, Pembuat Ecoprint Pertama di Klaten
Menjaga Keaslian dalam Berkarya
Bagi Indriani, tantangan terbesar adalah bagaimana tetap mempertahankan kualitas dan idealisme di tengah persaingan yang ketat.
“Saat ini memang berat, tapi selama kami terus berinovasi dan menjaga kualitas, saya yakin Jammak Craft bisa bertahan,” tambahnya.
Jammak Craft merupakan contoh usaha kerajinan tangan lokal yang berhasil berkembang dengan memanfaatkan media sosial dan tetap berpegang pada prinsip kualitas dan keaslian produk.
Meskipun ekonomi sedang tidak menentu, Indriani tetap semangat menjalankan usahanya, pelan-pelan namun pasti.
Dengan semangatnya, Jammak Craft berharap bisa terus eksis di dunia kerajinan dan menjadi inspirasi bagi banyak pengusaha kecil lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(PRAMANUHARAOEE/TRIBUNSHOPPING.COM)