TRIBUNSHOPPING.COM - Di tengah berkembangnya industri fashion lokal Indonesia, Tlenik Arts hadir sebagai brand yang mengusung kekuatan budaya melalui karya yang autentik dan bernilai seni tinggi.
Didirikan oleh Ary Ardianna, Tlenik Arts dikenal sebagai label fashion yang secara konsisten menggabungkan batik dengan berbagai kain tradisional Nusantara menjadi produk fashion yang modern, fungsional, dan sarat makna.
Baca juga: Mewarisi Cinta Wastra Lewat Sentuhan Tangan: Kisah Ary Ardianna dan TLENIK Arts dari Solo
Perpaduan ini tidak hanya menghadirkan estetika visual yang kuat, tetapi juga menjadi bentuk nyata pelestarian warisan budaya Indonesia dalam balutan gaya masa kini.
Tlenik Arts memanfaatkan ragam kain tradisional mulai dari batik hingga tekstil khas daerah yang diolah dengan pendekatan kreatif dan detail pengerjaan yang cermat.
Setiap produk yang dihasilkan memiliki karakter unik, mencerminkan cerita, filosofi, dan identitas budaya yang melekat pada setiap motif dan tekstur kain.
Inilah yang membuat Tlenik Arts menonjol di antara brand fashion lainnya: tidak sekadar mengikuti tren, tetapi membangun narasi budaya yang berkelanjutan.
Baca juga: Tlenik Arts, Mengembangkan Fashion Batik Khas Solo yang Berkarakter
Dalam artikel ini, kami akan mengulas lebih dalam perjalanan Tlenik Arts milik Ary Ardianna, mulai dari awal berdirinya, proses kreatif di balik setiap koleksi, hingga visi menghadirkan fashion berbasis budaya yang berkelanjutan.
Inovasi Tlenik Arts Menjadi UMKM yang Mengikuti Zaman
Di tengah perkembangan fashion batik modern Indonesia, Tlenik Arts tampil sebagai brand lokal yang menonjolkan kekuatan proses kreatif dan nilai budaya.
Dikelola oleh Ary Ardianna, perajin asal Solo, Tlenik Arts dikenal karena konsistensinya menghadirkan produk fashion berbasis batik dan kain tradisional yang dikerjakan secara handmade dan eksklusif.
Fokus utama Tlenik Arts bukan pada produksi massal, melainkan pada proses penciptaan yang detail, personal, dan penuh makna.
Perjalanan Tlenik Arts berawal dari kecintaan Ary terhadap kain dan kegiatan menjahit sejak muda.
“Dulu waktu masih muda, saya senang bikin-bikin baju dari kain yang saya pilih sendiri, dijahitin ke penjahit, terus saya pakai sendiri. Ternyata teman-teman banyak yang suka dan beli,” kenang Ary Ardianna saat diwawancarai Cenderaloka pada Rabu (13/8/2025).
Dari hobi inilah ide usaha perlahan tumbuh, hingga akhirnya Ary memutuskan serius menekuni dunia fashion batik setelah keluar dari pekerjaan formal dan membuka tenant kecil di Solo.
Dalam menciptakan produk Tlenik Arts, Ary terlibat langsung di setiap tahap.
Baca juga: Kinarya Aksesoris: UMKM Solo Olah Perca Batik dari Modal Rp 35 Ribu hingga Bertahan Lewat Handmade
Mulai dari memilih kain, menentukan motif, hingga menggambar pola dilakukan sendiri.
Ia memanfaatkan berbagai jenis batik, termasuk batik cap garutan dengan motif kecil yang fleksibel untuk diolah menjadi atasan, outer, maupun dress.
Inspirasi desain datang dari berbagai sumber yang ia temui sehari-hari.
“Saya sering lihat majalah-majalah fashion, terus kadang jalan-jalan ke bazar atau toko-toko. Tapi saya enggak pernah nyontek, paling saya ambil idenya saja, lalu saya olah jadi versi saya,” jelasnya.
Tlenik Arts yang Menjadi Warisan Keluarga
Nama Tlenik sendiri memiliki makna mendalam karena diambil dari nama kakeknya yang dahulu memiliki usaha batik tulis.
“Tlenik itu dari kakek saya. Beliau dulu punya usaha batik tulis. Setelah beliau meninggal, usaha itu tidak ada yang meneruskan. Nah, saya ambil nama itu untuk usaha saya sekarang,” ujar Ary.
Nilai historis inilah yang menjadi ruh utama dalam setiap produk yang diciptakan.
Tlenik Arts menerapkan konsep limited edition untuk menjaga keunikan produk.
“Tenant saya kan kecil, jadi prinsip saya jangan sampai pelanggan satu dengan yang lain pakai model yang sama. Harus eksklusif,” ucapnya.
Seluruh proses produksi dilakukan secara handmade dengan bantuan satu penjahit.
“Saya yang pilih kain, saya yang gambar pola, saya yang kasih urutan pengerjaannya. Jadi meskipun saya tinggal, dia sudah tahu harus bagaimana,” lanjut Ary.
Baca juga: Saghara Batik, UMKM yang Menciptakan Cerita Filosofi Nusantara Lewat Batik Anak
Meski menghadapi tantangan, terutama dalam pemasaran, Ary tetap menjaga kualitas sebagai prioritas utama.
“Saya tahu enggak semua orang bisa bikin produk seperti ini. Apalagi ini handmade, harus telaten dan rapi. Jadi saya batasi produksinya, dan itu juga supaya kualitas tetap terjaga,” jelasnya.
Dengan proses yang terjaga dan filosofi kuat, Tlenik Arts menjadi contoh nyata bagaimana produk fashion batik handmade dapat terus relevan dan bernilai di tengah industri fashion Indonesia saat ini.
(Cynthia/Tribunshopping.com)