TRIBUNSHOPPING.COM - Di tengah dinamika dunia kerajinan yang penuh persaingan, nama Asih Purnamawati, perempuan 47 tahun asal Sogaten RT 02 RW 15, Pajang, Laweyan, Solo, tetap berdiri teguh dengan usaha kerajinan tangan miliknya, Bunda Craft.
Sudah lebih dari satu dekade ia menekuni usaha berbasis kain perca ini, menjadikannya salah satu crafter yang konsisten dan bertahan lama.
Berdiri sejak sekitar 10 tahun lalu, Bunda Craft berkembang dari usaha skala rumah tangga menjadi UMKM yang produknya dikenal hingga luar kota.
Baca juga: Kisah Inspirasi Bien Craft dan Kerajinan yang Digeluti Belasan Tahun, Hasil dari Kedisiplinan
“Bunda Craft itu kita memproduksi kraft, ada dompet, tas, kemudian ada pernik-pernik yang kita memang dari perca (kain perca). Ada perca batik, ada perca katun, dan yang lain-lain, karena kita mau istilahnya membuat sesuatu yang tidak punya manfaat menjadi barang yang berharga,” ujar Asih saat diwawancara Cenderaloka.
Usaha yang berbasis di rumahnya di kawasan Pajang ini lahir dari kreativitas spontan.
Ia mengakui bahwa ide awalnya datang begitu saja, tanpa latar belakang pendidikan khusus di bidang kerajinan.
“Awalnya sebenarnya justru saya itu otodidak. Saya melihat beberapa perca yang ada, kemudian awalnya saya bikin cuma dompet aja kecil, kemudian ada beberapa orang yang tertarik. Pada akhirnya dari mulut ke mulut, orang mulai mengenal produk saya,” tuturnya.
Dengan modal keyakinan dan ketekunan, Asih terus mengembangkan produknya.
Pemasaran awal dilakukan secara sederhana, yakni dari orang ke orang.
“Dulu sebelum media sosial yang seperti ini, kita memang dari mulut ke mulut aja,” jelas Asih.
Baca juga: J Craft: Kerajinan Hati dari Yogyakarta, Inspirasi dari Limbah Menjadi Karya Bernilai
Seiring waktu, Bunda Craft mulai merambah pasar yang lebih luas.
Meskipun Asih mengaku tidak terlalu mahir mengelola media sosial “saya termasuk gaptek ya,” ujarnya sambil tertawanamun produknya tetap mendapatkan tempat.
Bahkan, ia memasok secara rutin ke sebuah toko di Yogyakarta.
“Saya di Jogja itu satu bulan mereka orderan dua kali dan itu sudah hampir 7-8 tahun saya menyuplai Jogja,” ungkapnya.
Selain itu, Bunda Craft juga pernah bekerja sama dengan instansi-instansi pemerintah.
“Kalau dari dinas, dulu sering sekali kalau ada event atau apa dia bikinnya di tempat Bunda Craft,” kenangnya.
Meski begitu, ia mengaku tidak selalu mendapat kesempatan mengikuti pameran.
“Saya jarang sekali mendapatkan kesempatan untuk pameran. Mungkin mereka belum terlalu tahu produk saya,” tambahnya.
Dalam menjalankan usahanya, Asih tidak bekerja sendirian.
Ia memiliki tim terutama jika menerima pesanan dalam jumlah yang besar.
Baca juga: RG Ecoprint, Kerajinan Daun yang Membawa Keindahan Alami ke Dunia Fashion
“Ada yang bantu menjahit kalau pas produksi begitu banyak, ada yang bantu menjahit,” jelasnya.
Apalagi ketika pesanan mencapai ratusan unit, ia membutuhkan bantuan agar proses produksi tetap lancar.
Namun, perjalanan Bunda Craft tidak selalu mulus. Tantangan terbesar justru muncul pada era digital, terutama dalam hal pemasaran online.
“Ini kendala pribadi saya, istilahnya pemasaran melalui media sosial. Karena memang saya gaptek,” kata Asih jujur.
Yuk beli produk bunda craft di atas, pilihan tepat untuk pecinta kerajinan lokal berkualitas.
Ia menilai bahwa mengunggah produk, menulis deskripsi, hingga menghadapi persaingan harga di platform online sangat menguras waktu dan energi.
“Kadang-kadang kalau saya memproduksi itu akan menjadi uang. Tapi kalau saya mengadep di situ, itu yang kesusahannya,” tambahnya.
Selain itu, ia juga merasakan beratnya sistem konsinyasi yang menuntut UMKM menyediakan modal lebih besar.
“Jadi pemerintah membuka kredit, sedangkan kita harus konsinyasi ke toko-toko besar, itu mudah berhenti di situ,” ujarnya.
Meski dihadang banyak rintangan, Asih tetap teguh bertahan. Baginya, dunia kerajinan bukan sekadar mata pencaharian, tetapi jalan hidup yang ia pilih.
“Saya mungkin dibilang dari teman-teman adalah salah satu crafter yang bertahan dari tahun dulu sampai sekarang. Saya masih stay di crafter,” ucapnya bangga.
Ketika diminta memberikan pesan kepada para perajin lain, Asih menekankan pentingnya inovasi dan keteguhan identitas.
“Setiap saat harus bisa membuat sesuatu yang baru untuk bisa bertahan di dunia seperti ini seharusnya seperti inovasi,” pesannya.
Ia menambahkan, “Bertahan dengan identitasnya” adalah hal yang tidak boleh ditinggalkan.
Baca juga: Lintang Nyuminar, Memadukan Kerajinan Kulit dan Tenun Lurik untuk Meningkatkan Nilai Produk Lokal
Kisah Asih Purnamawati adalah bukti bahwa UMKM bisa bertahan bahkan berkembang jika dijalankan dengan ketekunan, kreativitas, dan keberanian beradaptasi.
Bunda Craft bukan hanya usaha kerajinan biasa, melainkan perjalanan seorang perempuan yang memaknai perca sebagai peluang, dan menjadikannya karya bernilai tinggi.
(Cynthia/Tribunshopping.com)
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!