TRIBUNSHOPPING.COM - Dewi Lestari, seorang ibu rumah tangga berusia 39 tahun asal Bonoloyo, Banjarsari, Solo, adalah sosok di balik Dani’s Art, sebuah UMKM yang memproduksi jilbab dan berbagai produk kain lukis dengan sentuhan seni yang unik dan penuh nilai estetika.
Usaha yang ia rintis bersama suaminya ini lahir dari kecintaan terhadap seni lukis dan berkembang menjadi bisnis yang mendukung ekonomi keluarga sekaligus melestarikan kreativitas tradisional.
“Kalau jilbab mulai dari tahun 2017,” ujar Dewi saat diwawancara oleh Cenderaloka.
Baca juga: Jawa Banget: Karya Aksara Jawa dari Solo yang Menghidupkan Budaya dalam Kerajinan dengan Bahan Alami
Awalnya, sang suami lebih dulu bergelut di dunia lukis.
Namun, karena sering melihat dan tertarik, Dewi pun ikut belajar dan akhirnya bisa berkolaborasi bersama.
Mereka memulai dari melukis daster hingga perlahan merambah ke berbagai media kain seperti tas, topi, dan tentu saja jilbab.
Dari Pasar hingga Usaha Mandiri

Perjalanan Dewi sebagai perajin tidak instan.
Ia sempat bergabung di kawasan Beteng Trade Center Solo sebelum akhirnya memutuskan untuk lebih mandiri setelah pandemi.
“Terakhir sampai COVID itu, di Beteng. Tapi akhirnya kami enggak lanjut di sana karena tempat juga sempit,” ungkapnya.
Dari pengalaman itulah Dewi mulai memberanikan diri mengembangkan lini produk sendiri yang lebih fleksibel dan bisa ia jual secara mandiri.
Kini, fokus usahanya adalah pada jilbab lukis handmade yang menjadi ciri khas dari Dani’s Art.
Produk Bernilai Seni Tinggi
Yang membedakan produk Dewi dari produk kerajinan serupa adalah teknik lukis yang murni dilakukan secara manual dan tidak bisa disamakan satu sama lain.
“Motifnya nggak bisa sama karena handmade. Jadi satu produk dengan produk lain meskipun mirip, tidak akan identik,” ujarnya.
Untuk menjaga kualitas, Dewi menggunakan cat khusus seperti rubber, binder, dan metal yang telah terbukti awet meski dicuci berkali-kali.
“Saya menjaga kualitas catnya. Misalnya profit satu, tapi saya nggak akan kurangi komposisinya,” jelas Dewi menegaskan komitmennya pada mutu produk.
Ia juga menjelaskan bahwa hasil karyanya telah dibuktikan tahan lama oleh para konsumen. “Sampai bertahun-tahun warnanya nggak hilang,” imbuhnya.
Target Pasar dan Pemasaran

Target pasar Dani’s Art cukup luas, dari remaja hingga ibu-ibu usia matang, bahkan hingga pejabat daerah.
“Biasanya pas pameran-pameran itu pejabat suka beli. Kalau event-event di Balai Kota atau pameran kerajinan, pasti ada yang beli,” katanya.
Dewi juga pernah mendapat pesanan hingga Papua lewat jaringan IK (Industri Kreatif). Sayangnya, kendala terbesar dalam pengelolaan usahanya adalah aspek administrasi.
“Admin IK, admin SOP itu yang saya masih belum fokus karena semuanya saya kerjakan sendiri,” ungkapnya.
Ia memanfaatkan media sosial untuk pemasaran dan juga aktif dalam berbagai pameran seperti di Solo Square dan event bersama komunitas PHRI yang rutin diadakan di lobby hotel-hotel Solo.
Karya yang Terus Berkembang dan Terbuka Kolaborasi
Meski bisnisnya berkembang, Dewi tetap terbuka untuk berkolaborasi dengan perajin lain.
“Saya membuka peluang. Kadang ada teman-teman yang menitipkan kain untuk saya lukis. Saya juga menerima titipan produk untuk dijual bareng saat ada event,” katanya.
Keterbukaannya terhadap kolaborasi inilah yang menurutnya membuat bisnis kreatif bisa bertahan dan saling menguatkan di tengah tantangan yang ada.
Tantangan dan Harapan

Tantangan terbesar menurut Dewi adalah dalam hal pemasaran dan sumber daya manusia.
“Kadang saya cuma kerja berdua sama suami. Dulu pernah ada yang bantu, tapi setelah bisa, mereka buka sendiri-sendiri,” ujarnya.
Dari sisi perkembangan tren, Dewi mengakui bahwa ia masih tertinggal dalam mengikuti pasar kekinian karena keterbatasan teknologi.
“Saya masih gaptek. Kadang trennya anak muda saya belum bisa ikuti,” jelasnya. Namun ia tetap berharap produknya bisa dikenal lebih luas hingga ke luar daerah.
Baca juga: Dewi Lestari dan Perjalanan Seni di Balik Dani’s Art: Menyulam Lukisan dalam Kain dan Jilbab
Pesan untuk Generasi Muda

Dewi punya pesan inspiratif bagi anak muda yang tertarik menekuni bidang kerajinan tangan.
“Kalau kita punya bakat, misalnya bakat melukis, kita tekuni dan terus kembangkan. Karena hasil karya itu bisa bermanfaat dan bahkan bisa jadi sumber penghidupan,” pesannya.
Ia menambahkan bahwa ketekunan adalah kunci utama.
“Tidak harus tergantung sama orang lain. Kalau mau belajar, sekarang kan bisa. Yang penting paham dan sabar dalam prosesnya.”
Dani’s Art bukan sekadar usaha kain lukis, tapi juga simbol ketekunan, kolaborasi, dan komitmen pada kualitas.
Lewat tangan Dewi Lestari dan suaminya, karya-karya seni dituangkan dalam bentuk yang fungsional dan bernilai budaya.
Dengan semangat menjaga kepercayaan pelanggan dan terus belajar dari proses, Dewi membuktikan bahwa UMKM kreatif bisa bersinar dari kota Solo hingga ke penjuru Nusantara.
Sebagaimana disampaikan Dewi, “Kalau mereka sudah beli, nanti akan kembali lagi. Karena mereka tahu kualitasnya.”
Sebuah prinsip yang menjadikan Dani’s Art tetap bertahan dan berkembang hingga hari ini.
Baca juga: Kain Lukis Nasrafa, Inovasi Kain Lukis yang Menjadi Ikon Seni Indonesia di Pasar Internasional
Cek Artikel dan Berita lainnya di
(Cynthiap/Tribunshopping.com)
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!