TRIBUNSHOPPING.COM - Kinarya Craft adalah bukti nyata bahwa ketekunan mampu mengalahkan segala tantangan.
Berlokasi di Jl. Mataram 9, RT 01 RW 11, Banyuanyar, Surakarta, usaha ini dibangun oleh Lilik Herlinawati (53 tahun) yang telah berjuang selama lebih dari satu dekade dalam dunia kerajinan tangan.
Perjalanan Lilik tidak selalu mulus.
Baca juga: 5 Rekomendasi Kebaya Etnik Model Cantik dan Fashionable di UMKM Cenderaloka
Ia pernah jatuh, bangkit lagi, kemudian jatuh kembali, namun tekadnya untuk tetap berkarya tidak pernah padam.
Justru dari proses panjang itulah Kinarya Craft tumbuh menjadi UMKM yang dikenal karena kualitas, kreativitas, dan konsistensinya.
Di tengah persaingan industri yang semakin ketat, Lilik memilih untuk tetap fokus pada produk handmade yang mengedepankan detail, keunikan, dan nilai seni.
Kini, Kinarya Craft tidak hanya menjadi sumber penghasilan, tetapi juga wujud perjalanan seorang perempuan tangguh yang percaya bahwa kegagalan adalah bagian dari proses menuju keberhasilan.
Baca juga: 4 Rekomendasi Gelang Cantik Produk UMKM Cenderaloka, Harga di Bawah 30 Ribu
Artikel ini akan mengulas lebih dalam tentang perjalanan Lilik Herlinawati, tantangan yang ia hadapi, hingga bagaimana ia berhasil mempertahankan usahanya selama 10 tahun di dunia kerajinan.
Kinarya Craft: Perjuangan Lilik Herlinawati Menjaga Warisan Batik Lewat Kerajinan Perca
Di balik berkembangnya UMKM kerajinan di Surakarta, nama Kinarya Craft milik Lilik Herlinawati (53) menjadi salah satu contoh keteguhan dan kreativitas yang patut diapresiasi.
Beralamat di Jl. Mataram 9 RT 01 RW 11, Banyuanyar, Surakarta, usaha ini telah berdiri sejak 2012 dengan fokus mengolah perca batik menjadi berbagai aksesori cantik dan bernilai tinggi.
Perjalanan 10 tahun lebih bukanlah hal mudah. Jatuh bangun, kehilangan mitra besar, hingga memulai dari nol kembali telah ia jalani dengan penuh kesabaran.
“Ini saya mengolah perca batik, jadi aksesoris, jadi topi, jadi dompet, jadi kalung batik, jadi bros batik, seperti itu. Terus mulainya itu sekitar, saya sudah lama sih sebetulnya dari 2012 ya,” ujar Lilik saat diwawancarai Cenderaloka pada Senin, (8/12/2025).
Kinarya Craft dulu sempat bekerja sama dengan Javenir dan Transmart Carrefour.
Namun pandemi membuat semuanya berubah.
“Barang kita baik yang di Jawa maupun di luar Jawa dikembalikan semuanya, jadi saya mengulang dari awal lagi," tuturnya.
Meski begitu, Lilik tetap teguh melangkah.
Target pasarnya kini masih berkisar Solo–Jogja, meski sebenarnya ia pernah mengirim ke seluruh Indonesia.
Inspirasi dari Hal yang Sederhana
Inspirasi awalnya hadir secara sederhana.
“Saya punya teman yang suka sekali sama kalung-kalung batik perca-perca batik itu dibuangin. Saya melihat dia pakai itu terus. Lalu pas saya ke penjahit mau menjahitkan baju anak saya, saya melihat banyak perca batik yang dibuangin. Meskipun kecil tapi ya ini kalau batiknya batik mahal, kok sayang (dibuang saja) ya meskipun ukuran kecil,” cerita Lilik pada Cenderaloka.
Akhirnya, ia membeli kain perca tersebut dengan harga sekitar Rp35.000 per kolo.
Dari perca seharga 35 ribu per kilo, ia mampu menciptakan produk bernilai berkali lipat berkat kreativitas dan keterampilan.
Kegiatan produksi pun dilakukan dengan bijak.
“Saya cuman motongin, bikin desain, bikin pola,nanti selesai saya ambil, saya dititip-titipkan," ujarnya.
Saat memilih bahan, kini Lilik lebih selektif.
Baca juga: Review Kemeja Batik Pria Produk UMKM di Cenderaloka: Motif dan Kualitas Terbaik
Ia memilih batik Bali dan Solo yang memiliki banyak peminat.
“Sekarang agak milih batiknya batik Bali, warnanya agak cerah jadi banyak yang suka.”
Perjalanan Lilik membuktikan bahwa UMKM dapat bertahan meski diterpa badai.
Kinarya Craft bukan hanya usaha kerajinan, melainkan cerminan ketekunan perempuan yang terus menghidupkan kreativitas dari potongan perca.
Lewat karya handmadenya, Lilik menjaga nilai budaya sekaligus membuka peluang ekonomi keluarga.
(Cynthia/Tribunshopping.com)