Artikel ini telah diterbitkan dengan judul "You Don’t Have to Wear Sunscreen ... As Long As You Don’t Mind Dressing Like Me", ditulis oleh Dorie Chevlen dan diterjemahkan oleh Tribun Shopping.
TRIBUNSHOPPING.COM - Aku benci bagaimana rasa kulitku saat memakai sunscreen, jadi aku menemukan alternatif berupa pakaian UPF. Ini efektif, hanya saja dari segi fashion masih dipertanyakan.
Sebelum kamu menyerangku di kolom komentar: Ya, aku tahu bagaimana penampilanku.
Tapi aku juga tahu bahwa matahari bisa mematikan. Rekan-rekanku di Wirecutter telah menghabiskan ratusan jam menguji sunscreen untuk melindungi kulitmu dari berbagai risiko yang ditimbulkan. Terlepas dari semua kerja keras mereka, dan meskipun aku sudah mencoba berbagai jenis sunscreen dari yang cream, lotion, hingga semprot yang seakan tak ada habisnya, aku sampai pada kesimpulan yang kurang menyenangkan: aku memang tidak suka memakai sunscreen.
Aku tidak suka tampilan kulit yang berminyak. Aku tidak suka rasa lengketnya. Dan aku bahkan tidak suka baunya. Kulitku juga sensitif dan mudah terbakar, dan aku benar-benar tidak ingin mengalami kerusakan akibat matahari.
Jadi, apa yang harus dilakukan seorang perempuan? Untungnya, aku menemukan pakaian dan barang-barang lain yang membantu melindungi kulitku, dan tidak mengharuskanku mengoleskan produk yang kubenci itu.
Saat aku mengenakan pakaian ini, saudariku tak mau berjalan di sampingku, teman-temanku sering menertawakanku, dan kadang-kadang anak-anak menunjuk dan menatapku. Mungkin aku terlihat aneh. Tapi aku merasa bebas.
Topi Stevie Ultra Sun
Sarung Tangan Panjang Unisex Culebra UV
Untuk menghindari penggunaan sunscreen, solusiku adalah mengenakan pakaian UPF. Aku khususnya sangat suka memiliki topi dan sarung tangan yang bisa aku padukan dengan pakaian apa pun.
Pakaian UPF (ultraviolet protection factor) adalah jenis pakaian apa pun yang menawarkan perlindungan dari sinar matahari. Seperti yang ditulis Sarah Gannett dalam panduan kami tentang pakaian UPF, “Suatu pakaian tidak dianggap sebagai pelindung matahari jika memiliki rating UPF di bawah 15.” Jadi, pakaian apa pun yang kamu beli untuk tujuan perlindungan dari sinar matahari sebaiknya memiliki rating UPF minimal 15 (pilihanku di sini keduanya memiliki rating UPF 50+).
Banyak pakaian yang dapat melakukan ini meskipun tanpa label UPF. Tapi rating tersebut memberi tahu kamu seberapa banyak sinar matahari yang bisa menembus kainnya, mirip dengan cara SPF menunjukkan seberapa banyak sinar matahari yang bisa menembus sunscreen. Berbeda dengan sunscreen, pakaian UPF tidak perlu diaplikasikan ulang; kamu cukup memakainya, dan area yang tertutup akan terlindungi sampai kamu melepasnya. Ada banyak pilihan pakaian UPF (beberapa item direkomendasikan di bagian lain situs kami, termasuk topi, baju, dan pelindung lengan untuk berkebun).
Garis pertahanan pertamaku adalah Topi Stevie Ultra Sun. Meskipun membuatku terlihat seperti peternak lebah, ini adalah inovasi jenius: Di bagian bawah topi terdapat dua kancing yang menghubungkan dengan kerudung, jadi kamu bisa melepas atau menyesuaikan kekencangannya, dan bisa dipakai di atas hidung atau di bawah dagu. Di bagian kerudung, terdapat kawat fleksibel yang membentuk sesuai hidungmu (seperti masker) agar lebih pas.
Topi ini juga memiliki tali dagu yang bisa dilepas, yang bisa dikencangkan di hari yang berangin agar tetap aman. Lingkar kepala topi ini adalah 22 inci dan bisa dikencangkan, sehingga cocok untuk berbagai bentuk kepala (meskipun tidak semua, beberapa pembeli di situs Coolibar mengatakan lingkar kepala 22 inci terasa terlalu sempit). Pinggiran topi memanjang 4 inci di bagian depan (bagian belakangnya menggunakan model pelindung leher), sehingga wajahku tetap terlindungi sepenuhnya dan leherku tertutup sepenuhnya bahkan di hari paling terik. Aku telah memakai topi ini selama dua tahun, dan kondisinya masih sangat baik.
Setelah itu, aku tambahkan sepasang sarung tangan panjang. Ini memungkinkan aku untuk melewatkan penggunaan sunscreen di seluruh area lenganku, kecuali kalau aku memakai atasan tanpa lengan, dalam kasus itu, aku akan mengoleskan sunscreen di lengan atas atau membawa payung UPF. Yang sangat membedakan sarung tangan ini dari sarung tangan musim dingin adalah sirkulasi udaranya yang luar biasa. Semua orang bertanya padaku, “Kamu nggak kepanasan di dalam situ?” Tapi aku tidak. Bahannya sangat breathable sampai-sampai aku tidak merasakan apa-apa di kulitku.
Selain itu, sarung tangan ini memiliki bantalan yang kompatibel dengan layar sentuh di jari telunjuk dan ibu jari, jadi aku bisa memakai sarung tangan ini setiap hari tanpa frustasi. Karena aku sering tersesat dan terus-menerus membuka Google Maps saat berjalan kaki, fitur ini sangat penting. Detail menyenangkan lainnya adalah tekstur silikon di telapak tangan; bahan ini membuat sarung tangan sedikit lebih mencengkeram, jadi jika kamu sedang memegang botol air misalnya, itu tidak akan terpeleset dari tanganmu.
Sarung tangan ini juga tersedia dalam berbagai warna dan ukuran (diukur berdasarkan lingkar bisep dan panjang jari). Kalau dipikir-pikir, aku berharap aku repot-repot mengukur dulu. Aku asal pilih ukuran medium, tapi ternyata agak longgar; lain kali, aku akan memilih ukuran kecil.
Ada banyak keuntungan dari aksesori pelindung matahariku, termasuk fakta bahwa semuanya bisa dicuci dengan mesin. Setiap beberapa minggu (atau kapan pun aku ingat), aku masukkan topi dan sarung tangan ke mesin cuci dengan mode lembut, lalu aku jemur. (Sarung tangan aku masukkan ke dalam kantong jaring supaya tidak kusut.)
Pakaian ini juga jauh lebih cepat dipakai dibandingkan mengoleskan sunscreen biasa. Pada hari-hari ketika aku harus memakai sunscreen dan bukan setelan UPF-ku, aku selalu kesal karena betapa lamanya proses itu. Memakai sarung tangan dan topi mungkin hanya butuh 15 detik. Tapi mengoleskan sunscreen dengan hati-hati, memastikan merata di leher, wajah, dan telinga, lalu mengulanginya setiap dua jam? Aku belum pernah menghitung, tapi jelas jauh lebih lama dari 15 detik.
Namun meskipun aku punya setelan ini, tetap saja ada saat-saat di mana sunscreen tetap dibutuhkan, saat aku berenang, misalnya, atau di hari yang sangat berangin (kerudung bisa tersingkap saat angin kencang, sehingga perlindungannya kurang maksimal). Dan meskipun berbagai aksesori UPF-ku tidak murah, biaya per pemakaian akhirnya sepadan.
Kalau ada kekurangan terbesar dari setelan ini, itu adalah perhatian yang ditimbulkan.
Bahkan teman-temanku menertawakanku atau memanggilku “peternak lebah gila,” dan meskipun aku punya tingkat toleransi malu yang tinggi, rasanya tetap tidak nyaman berjalan di tempat umum dengan penampilan yang berbeda dari orang kebanyakan. Dan meskipun menutupi wajah dan tangan dari matahari adalah praktik umum di banyak bagian dunia, di AS dan Kanada, tempat aku mengenakan setelan ini, orang-orang menatapku. Biasanya aku tidak masalah, tapi kadang aku memilih ketidaknyamanan fisik dari penggunaan sunscreen dibanding tatapan sosial yang menghakimi.
Namun, lebih sering daripada tidak, aku cuek dan tetap memakai topi dan sarung tanganku tanpa pikir panjang. Dalam suatu perjalanan di Stanley Park, Vancouver, bersama pacarku baru-baru ini, dia terkagum-kagum dengan reaksi orang-orang terhadap penampilanku. “Orang-orang menatapmu jahat banget!” Memang begitu. Dan pasti akan terjadi lagi. Tapi aku tetap teguh pada pendirianku. Tidak peduli apa kata orang, aku puas karena tahu aku merawat kulitku, tubuhku, dengan caraku sendiri. Aku bukan pencetus praktik ini, dan aku juga bukan yang terakhir melakukannya.
Jadi, untuk semua teman-temanku sesama anti-sunscreen, pemakai topi UPF (baik masa lalu, sekarang, maupun masa depan), aku ingin berkata: Merupakan kehormatan menjadi bagian dari klub kalian.
Artikel ini diedit oleh Hannah Rimm dan Maxine Builder.
Kenalan dengan Penulisnya:
Dorie Chevlen
Apa yang Saya Liput: Saya meliput dekorasi rumah, meski jarang terjebak di dalam rumah. Saya juga sering menulis tentang perlengkapan outdoor, teknologi pribadi, dan produk kesehatan untuk Wirecutter.
Artikel ini telah dipublikasikan di Wirecutter.
(c) 2025 Wirecutter