Tips saat menstruasi

Wanita Harus Tahu, 4 Fakta Miris Seputar Limbah Pembalut bagi Lingkungan

0
Penulis: Reni Dwi Pratiwi
Editor: Andra Kusuma
Pembalut berbahan kapas buruk bagi lingkungan, sebab meninggalkan limbah yang sulit diurai dalam jumlah besar.

TRIBUNSHOPPING.COM- Wanita Indonesia lebih akrab dengan pembalut jenis sekali pakai yang berbahan dari kapas.

Hal ini terbukti dengan pembalut berbahan kapas banyak dijual di toko-toko dalam berbagai bentuk, varian dan harga.

Sementara, tampon dan menstrual cup bersifat lebih eksklusif dan biasanya hanya dijual di online shop saja.

Padahal, pembalut berbahan kapas buruk bagi lingkungan, sebab meninggalkan limbah yang sulit diurai dalam jumlah besar.

Berikut ini fakta miris seputar limbah pembalut yang sulit untuk terurai di lingkungan:

Baca juga: Selain Pembalut, 5 Hal yang Perlu Bunda Sampaikan Kepada Anak Perempuan Saat Pertama Kali Haid

1. Limbah pembalut sulit terurai

Pembalut tidak hanya terbuat dari kapas, tetapi juga dari plastik.

Biasanya, plastik ini dipakai untuk membungkus pembalut atau digunakan untuk merekatkan pembalut ke celana dalam.

Bahkan, 90 persen komposisi pembalut adalah plastik.

Satu bungkus atau satu pack pembalut setara dengan 4 kantong plastik.

Sementara tampon persentase plastik hanya 6 persen saja.

Plastik ini ditemukan di tali dan aplikator tampon. Sisanya, terbuat dari bubur kayu, katun, rayon dan kombinasi berbagai bahan sekaligus.

Lebih parahnya lagi, jika limbah pembalut biasanya dibuang sembarangan. 

2. Begitu banyak wanita yang menggunakan pembalut sekali pakai

Jika kamu harus mengganti pembalut setiap 4 jam sekali, maka dalam satu hari kamu akan menghasilkan 6 limbah pembalut.

Baca juga: Rekomendasi 5 Produk Pembalut Nifas Terbaik Anti Bocor

Menghitung limbah pembalut akan meninggalkan rasa bersalah pada kita karena kita turut berkontribusi dalam mencemari lingkungan.

Berdasarkan data dari National Women's Health Network, dikutip dari IDNTimes.com, ada sekitar 85 juta perempuan di Amerika Serikat yang berada di usia reproduktif dan rutin menstruasi.

Mereka berkontribusi menghasilkan 12 miliar pembalut kapas dan 7 juta tampon ke tempat pembuangan sampah setiap tahun.

Sementara, satu perempuan akan menghasilkan 11.000 pembalut sekali pakai seumur hidupnya. 

3. Pembalut juga mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan

Pemablut sekali pakai bukan hanya buruk bagi lingkungan, namun juga mengandung bahan kimia yang berbahaya.

Beberapa pembalut dilengkapi dengan wewangian.

Padahal, wewangian sintetis dibuat dari 3.900 bahan kimia.

Bahan kimia ini erat dikaitkan dengan sifat karsinogen, memicu alergi dan iritasi serta bahan kimia yang mengganggu endokrin atau endocrine-disrupting chemicals (EDC).

Bahan bahaya ini bisa menyebabkan risiko kanker payudara dan infertilitas serta penyakit yang berkaitan dengan organ reproduksi.

4. Menstrual cup dinilai lebih praktis dan ramah lingkungan

Para ahli menyarankan perempuan untuk beralih dari pembalut dan tampon ke menstrual cup.

Berbeda dengan pembalut sekali pakai, menstrual cup bisa dibersihkan dan digunakan kembali.

Menstrual cup adalah opsi yang lebih ramah lingkungan dari pembalut sekali pakai.(*)

(RENI DWI/TRIBUNSHOPPING.COM)

Komentar
Tulis komentar Anda...(max 1500 karakter)

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Artikel Terkini

Skincare

20 Daftar Sunscreen Lokal di Bawah 50 Ribuan yang Cocok untuk Sehari-hari

Alat Elektronik

6 Rekomendasi AC Ruang dari POLYTRON, Beragam Pilihan dan Harga Mulai dari Rp 2 Jutaan

Tips Fashion

6 Cara Ampuh Mengembalikan Celana Jeans yang Melar agar Kembali Pas

Perlengkapan Bayi dan Anak

5 Rekomendasi Baby Gift Set Terbaik yang Praktis dan Bermanfaat

Body Care

Review Asepso Antibacterial Liquid, Cairan Antibakteri yang Bisa Kamu Tuang di Kamar Mandi