TRIBUNSHOPPING.COM - Kuteks dan Henna kuku kerap digunakan para wanita untuk mempercantik penampilan kuku jemari.
Umumnya, kuteks kuku dibuat dengan bahan dasar cat yang ketika sudah kering dan menempel di kuku akan menghalangi datangnya air pada kuku.
Namun, saat ini banyak juga kuteks kuku yang dibuat dengan formula yang mampu menyerap air.
Dari segi kesehatan, banyak penelitian yang menganggap kuteks dapat berbahaya.
Kuteks menjadi berbahaya jika mengandung Formaldehida, Toluena, Phthalates, Merkuri, Logam berat, termasuk timbal dan kadmium.
Baca juga: 5 Pilihan Warna Kuteks Ini Sangat Cocok untuk Gadis Remaja
Zat beracun, seperti formaldehida atau formalin, merkuri, dan logam berat timbal dapat menimbulkan iritasi pada mata, hidung, kerongkongan, dan paru-paru.
Selain itu, paparan zat tersebut dalam jumlah banyak atau jangka panjang juga diketahui bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit kanker.
Zat lain yang terkandung di dalam kutek, seperti toluena, juga dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, mual, serta iritasi pada mata, tenggorokan, dan paru-paru.
Sementara itu, zat phthalates pada kutek dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan hormon, masalah kesuburan, dan pubertas dini pada anak-anak.
Phthalates juga banyak ditemukan pada produk plastik, seperti botol atau perabot makan dan minum, serta produk pembersih rumah tangga.
Sedangkan Henna atau adalah sejenis pacar dari daun tanaman yang disebut Henna atau Lawsonia Inermis.
Kata Henna ini mulanya berasal dari bahasa arab yaitu “Al-Hanaa”.
Cara pemakaian kuteks kuku dan henna pun juga berbeda.
Kuteks kuku yang biasanya berupa cat, ditempelkan langsung pada kuku dan tidak memerlukan pembasuhan air setelahnya.
Baca juga: Kenali Tradisi Penggunaan Henna di Berbagai Wilayah Indonesia
Kuteks akan terus menempel pada kuku dan bisa didibersihkan dengan aseton.
Sedangkan Henna ditempelkan dikuku dan setelah beberapa saat kuku pun dicuci sehingga yang tertinggal hanya warna nya saja.
Warna asli yang dihasilkan oleh daun henna adalah perpaduan antara jingga, cokelat, dan merah.
Sementara itu, tinta tato temporer yang dipasarkan dengan klaim berbahan dasar henna sering kali berwarna hitam.
Untuk mendapatkan warna tato henna yang hitam pekat, dibutuhkan campuran zat pewarna lainnya.
Salah satu zat kimia yang kerap ditambahkan ke dalam tato henna hitam adalah tar batu bara yang juga dikenal dengan PPD (p-phenylenediamine).
Pada sebagian orang, penggunaan PPD pada kulit menimbulkan reaksi alergi yang dapat muncul pada hari pertama hingga tiga minggu setelah penggunaan tato henna.
Reaksi alergi kulit yang mungkin terjadi dapat berupa peradangan, rasa gatal, ruam kemerahan, warna kulit memudar, hingga meningkatnya sensitivitas kulit terhadap sinar matahari.
Tak hanya itu, peradangan ini pun dapat melepuh dan meninggalkan luka jaringan parut yang cukup dalam pada kulit.
Selain menimbulkan reaksi alergi pada kulit, penggunaan tato henna pada penderita defisiensi G6PD dapat mempercepat kerusakan sel darah merah.
Kondisi ini dapat berkembang menjadi serius dan membahayakan nyawa penderitanya.(*)
(RIRIN/TRIBUNSHOPPING.COM)