zoom-inlihat foto
Dapat Rekomendasi Pakai Crocs dari Dokter, Ini Penilaian Saya Setelah Mencoba
Michael Murtaugh/NYT Wirecutter
Michael Murtaugh/NYT Wirecutter 

Artikel ini telah diterbitkan dengan judul “My Doctor Recommended Crocs. So I Tested and Ranked Them.”, ditulis oleh Alexander Aciman dan diterjemahkan oleh Tribun Shopping.

TRIBUNSHOPPING.COM - Ketika dokter memberi tahu bahwa saya perlu memakai Crocs untuk pemulihan dari cedera, saya mulai menilai Crocs berdasarkan gaya dan kenyamanannya.

Menjelang tahun ke-21 saya terjun di dunia lari, saya mulai merasakan nyeri di kaki kanan saya. Ini bukan rasa nyeri ringan yang biasa dan bisa saya abaikan seperti yang telah saya lakukan selama dua dekade terakhir, tapi rasa seperti sebuah tekanan hebat yang menyiksa, jenis nyeri yang paling ditakuti oleh para pelari karena bisa menjadi pertanda cedera besar akan datang. Ada sesuatu yang benar-benar salah dengan tubuh saya.

Saya berharap itu hanya plantar fasciitis, suatu ketegangan umum pada jaringan yang membentang di sepanjang telapak kaki. Tapi hasil MRI menunjukkan bahwa saya mengalami banyak masalah: tendinopati, robekan sebagian pada tendon, ligamen yang robek tapi tidak sembuh dengan baik, edema sumsum tulang, bursitis, dan terakhir, plantar fasciitis. Percayalah, kamu tidak ingin melihat kata "delaminasi" di laporan medismu.

Selain menjalani terapi fisik intensif, penggunaan ortotik, perubahan gaya hidup, dan manajemen nyeri, dokter spesialis kaki yang menangani cedera saya menambahkan satu item lagi yang mungkin terdengar tidak biasa, ke dalam daftar pemulihan cedera saya: Crocs.

Ya, Crocs.

Menurut dokter, daripada berjalan tanpa alas kaki di lantai kayu apartemen atau pergi ke toko dengan sepatu boots beralas keras yang bisa semakin membebani jaringan kaki saya yang nyaris datar, sepasang clogs berbahan busa empuk akan memberi kesempatan pada kaki saya untuk memulihkan diri dari efek lari jarak jauh yang terus menumpuk selama bertahun-tahun. Dan karena Crocs juga memiliki penopang lengkungan kaki yang relatif rendah, sepatu ini sangat cocok dengan lengkungan kaki saya yang sangat rendah.

Saya bukan satu-satunya orang yang menjalani “gaya hidup Crocs”; sepatu ini ada di mana-mana, mulai dari taman kanak-kanak hingga acara NFL Draft. Baik kamu mencari Crocs sebagai sepatu empuk untuk berdiri berjam-jam, atau tertarik dengan bentuknya yang unik dan pilihan warnanya yang banyak, Crocs punya daya tarik tersendiri yang membuatnya menjadi “si aneh yang cantik” di dunia alas kaki.

Tapi saat saya mulai mencobanya, ada satu masalah yang langsung muncul. Crocs tidak selalu terlihat menarik. Dan sebagai pria yang menyukai sepatu, memikirkan bagaimana memadupadankan Crocs dengan pakaian sehari-hari yang masih mencerminkan gaya saya ternyata cukup membingungkan.

Untuk mencari Crocs yang paling tepat menopang persoalan gaya dan kenyamanan, saya meminta pihak Crocs mengirimkan beberapa produk mereka, lalu saya bertekad untuk menjawab pertanyaan: Alas kaki Crocs mana yang terbaik?

Ilmu di Balik Penggunaan Crocs

2 dari 4 halaman

Meskipun Crocs direkomendasikan secara medis dalam situasi saya, bukan berarti sepatu ini adalah pilihan terbaik untuk setiap orang, setiap jenis cedera, atau setiap kesempatan (baik dari sisi gaya maupun fungsinya). Kamu sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum membeli Crocs dan mengubah kebiasaanmu soal alas kaki, terutama jika kamu sedang mengalami cedera kaki.

Untuk memahami lebih jauh mengapa kondisi saya membutuhkan Crocs, saya mewawancarai dokter spesialis kaki saya sendiri, Dr. Robert Fridman, DPM. (Fridman tidak memiliki hubungan finansial dengan Crocs, tapi saya harus menyampaikan bahwa dia memiliki hubungan finansial dengan saya, karena saya membayarnya untuk pengobatan.) Dia, yang juga seorang pelari, telah lama bekerja dengan para atlet dan pelari untuk mendiagnosis serta mengobati masalah kronis seperti yang saya alami.

"Setiap tendon dalam tubuh memiliki lawannya, ada sistem dorong-tarik," kata Fridman. "Lawan dari plantar fascia adalah tendon Achilles, yang terhubung dengan tiga otot di betismu."

Bayangkan kakimu menggantung dari tepi dermaga atau bangku dapur. Tendon Achilles dan otot betis tidak aktif, sehingga kakimu hanya tergantung di udara. Fridman menjelaskan bahwa saat kaki tergantung bebas seperti itu, jari kaki menurun, tumit terangkat, dan kaki secara alami berada pada posisi dengan perbedaan sekitar satu inci antara tumit dan jari kaki.

Perbedaan tersebut, kata Fridman, secara kebetulan hampir sama dengan heel-to-toe drop pada Crocs. Menurutnya, sepatu yang bisa mempertahankan posisi ini (dengan sedikit bantalan di bawahnya) dapat membantu kaki pulih dari aktivitas berdampak tinggi seperti lari, atau bahkan setelah berjalan jauh seharian.

Berjalan tanpa alas kaki di lantai keras dan memakai sepatu beralas tipis di trotoar bisa memberikan tekanan pada kaki, dan sol empuk dari Crocs dapat memberikan pijakan yang lebih lembut.

Namun begitu, Fridman menekankan bahwa bahkan dalam kasus seperti saya, Crocs tidak sebaiknya dipakai sepanjang waktu, atau untuk berjalan jauh. Sepatu ini bagus dipakai di rumah, saat bersantai, dan untuk perjalanan singkat ke toko dekat rumah, tapi bukan untuk berjalan kaki seharian di New York. Crocs sering kali terlalu longgar di kaki, dan untuk mempertahankan agar kaki tetap di dalam sepatu, pemakainya secara naluriah akan melakukan banyak penyesuaian mikro menggunakan otot-otot kecil, kebiasaan yang tidak alami dan bisa memperparah nyeri kaki

Yang lebih penting, Crocs bukan solusi utama. Dalam kasus seperti saya, sepatu ini hanyalah satu bagian dari pendekatan menyeluruh untuk mengobati masalah kaki dan pergelangan kaki. Jika kamu merasa hanya bisa berjalan nyaman dengan memakai Crocs, bisa jadi ada masalah yang lebih besar di balik rasa sakit itu.

"Kalau kamu tidak bisa merasa nyaman dan aman tanpa jenis alas kaki tertentu, itu saatnya kamu harus konsultasi dengan tenaga medis. Kita perlu cari tahu, apa sebenarnya yang terjadi pada orang ini?" kata Ryan Chapman, direktur laboratorium biomekanik dan wearables di University of Rhode Island, lewat panggilan video. Jadi kalau kamu berada dalam situasi seperti ini, sebaiknya kamu berkonsultasi dengan dokter sebelum mengandalkan Crocs sebagai solusi nyeri.

Saya bukan satu-satunya orang yang mengalami perjalanan menghadapi nyeri kaki: Fridman menyebut bahwa ia melihat peningkatan kasus plantar fasciitis setelah lockdown pandemi pertama, kemungkinan besar karena ada banyak orang yang bekerja dari rumah, di mana mereka berjalan tanpa alas kaki di lantai rumah mereka yang keras jauh lebih lama daripada yang mereka lakukan sebelumnya.

3 dari 4 halaman

Dengan bekal ilmu tersebut, pesannya jelas: Untuk mengurangi rasa sakit dan bisa kembali berlari, saya harus memakai Crocs.

Bagaimana Kami Memilih Crocs (dan Cara Kami Mengujinya)

Merek Crocs memiliki puluhan gaya, beberapa hanya memiliki perbedaan kecil antara produk satu dengan yang lain. Untuk mempersempit pilihan, saya fokus pada model-model yang bisa masuk ke dalam gaya berpakaian saya sehari-hari, dengan tetap menyertakan model populer, model klasik, dan gaya dari berbagai kategori, dari sneakers hingga slides.

Kami juga memastikan untuk menguji dua jenis alas kaki berbahan busa yang paling umum digunakan Crocs: Croslite dan LiteRide, keduanya adalah material eksklusif dari Crocs. Croslite menggunakan busa klasik Crocs. LiteRide menggunakan material yang lebih baru dan jauh lebih lembut, biasanya hanya digunakan di bagian footbed, seperti pada model Echo Clog yang lebih modern dan populer.

Namun tidak semua Crocs yang menggunakan Croslite dan LiteRide terasa sama; dalam pengujian saya, saya menemukan bahwa clog yang dibuat dengan bahan yang sama tetap bisa terasa berbeda di kaki, terutama dari segi kekerasannya. Saya mengonfirmasi hal ini dengan mengukur tingkat kekerasan alas kaki dan sol menggunakan alat pengukur kekerasan Shore durometer, alat kecil yang mengukur kekerasan pada skala Shore A (penghapus pensil misalnya sekitar 40 Shore A, sedangkan ban mobil bisa sekitar 70). Sepatu Crocs yang kami uji memiliki skor antara 24 hingga 70, rentang yang sangat besar untuk material yang katanya sama.

Selama beberapa minggu, saya bergantian memakai berbagai model Crocs, memastikan setiap alas kaki digunakan selama beberapa hari berturut-turut. Saya memakainya saat menjalani rutinitas harian di rumah (terutama saat berdiri lama, seperti saat memasak), serta untuk berjalan-jalan singkat di sekitar lingkungan. Saya juga memakainya sebagai sepatu pemulihan setelah seharian berjalan kaki di New York. Saya menilai kenyamanan dan dukungannya terhadap kaki saya yang cedera, terutama terkait dengan gejala yang saya alami.

Sepanjang pengujian, saya juga berusaha memadupadankan setiap Crocs dengan pakaian yang terasa menyatu dengan gaya pribadi saya (dan yang tidak membuat saya malu saat keluar rumah).

Dalam pengujian ini, saya mengidentifikasi dua jenis kenyamanan pada tiap sepatu.

Pertama, kenyamanan empuk (plush comfort), yaitu sensasi tenggelam yang sepenuhnya mengikuti bentuk kaki, mirip seperti saat melangkah di atas matras anti-lelah.

Kedua, kenyamanan ortotik (orthotic comfort) yang merupakan kemampuan sepatu untuk menopang kaki pada posisi ideal seperti yang dijelaskan Fridman, serta memberikan dukungan jangka panjang, tak bergantung pada empuk atau tidaknya alasnya.

Terakhir, saya juga menilai Crocs berdasarkan gaya, bukan hanya yang terlihat paling keren, tapi juga yang paling mudah dipadukan ke dalam pakaian sehari-hari. Gaya, tentu saja, bersifat subjektif, dan dalam hal ini saya menilainya relatif terhadap dunia clog, bukan semua jenis alas kaki.

4 dari 4 halaman

Berikut ini adalah semua Crocs yang saya coba, diurutkan dari yang paling tidak saya sukai hingga yang paling menjadi favorit saya.

Terasa seperti sepatu operasi: Mellow Luxe Recovery Slide

Sandal yang empuk
Sandal yang empuk: Crocs Mellow Luxe Recovery Slide - Sandal ini sangat lembut di bagian telapak kaki, tapi lebih cocok untuk mereka yang mencari efek minimal (atau bahkan tidak ada sama sekali) dalam menopang kaki. (Affiliate market image)

Sandal slide telah lama menjadi pilihan populer untuk digunakan setelah berolahraga yang akhirnya bertransformasi menjadi bagian dari gaya kasual. Lini slide dari Crocs sangat beragam, meskipun banyak model tampaknya hanya merupakan variasi dari satu atau dua desain klasik mereka. Berdasarkan namanya, dan kebutuhan saya akan alas kaki untuk pemulihan, Mellow Luxe Recovery Slide terasa seperti pilihan yang tepat untuk diuji.

Terbuat dari busa LiteRide yang lebih lembut, sandal Mellow Luxe memiliki kekerasan sekitar 33 Shore A menurut pengukur durometer, dengan beberapa kali terbaca di kisaran 20-an, yang artinya alas kaki ini sangat lembut. Kaki saya langsung terasa seperti tenggelam ke dalamnya, dan langkah pertama terasa senyaman saat pertama kali menginjak matras gym saat masih di sekolah dasar.

Ini adalah pengalaman pertama saya yang benar-benar menunjukkan perbedaan antara kenyamanan empuk dan kenyamanan ortotik. Sandal pemulihan ini tidak memiliki sol luar yang kuat untuk menopang bahan LiteRide yang lembek. Akibatnya, bagian telapak kakinya seakan-akan seperti ingin jatuh, dan lama-lama alasnya juga terasa semakin datar, membuatnya tidak senyaman clog klasik.

Saya juga mendapati bahwa bahkan hanya berjalan dari satu sisi rumah ke sisi lain, tali sandal ini menekan bagian atas jari-jari kaki saya, yang tentu saja bukan pengalaman pemulihan yang saya harapkan.

Meski begitu,tampilannya lumayan. Tampak sampingnya unik dan keren, bentuknya hampir seperti kano. Namun sandal ini memiliki tali yang terbuat dari kain yang dapat disesuaikan di bagian depan kaki, dan kombinasi bahan yang digunakan membuatnya terlihat seperti sepatu medis yang biasa dipakai orang dengan cedera tendon Achilles atau patah pergelangan kaki. Meskipun namanya "Luxe", tampilannya tidak benar-benar mewah.

Sandal ini akan sangat cocok dipakai untuk aktivitas seperti berdiri di kamar mandi, saat kamu ingin ada lapisan lembut di bawah kaki. Tapi saya sendiri tidak menikmati pengalaman memakainya sepanjang hari di rumah, dan tidak cocok untuk berjalan-jalan santai.

- Kenyamanan empuk: 10/10

- Kenyamanan ortotik: 3/10

- Gaya: 2/10

Versi potongan rambut gagal dari Crocs: InMotion Clog

Versi empuk dari Classic Clog: Crocs InMotion Clog - Jika kamu rela mengorbankan gaya demi kelembutan yang memberi sensasi seperti telapak kakimu tenggelam di dalam alasnya, clog ini mungkin cocok untukmu.
Versi empuk dari Classic Clog: Crocs InMotion Clog - Jika kamu rela mengorbankan gaya demi kelembutan yang memberi sensasi seperti telapak kakimu tenggelam di dalam alasnya, clog ini mungkin cocok untukmu. (Affiliate market image)

InMotion Clog memiliki bentuk yang mirip dengan Classic Clog, tapi dengan footbed berbahan LiteRide. Namun, selama saya menggunakannya, saya kesulitan memahami untuk siapa sebenarnya desain ini dibuat. Clog ini nyaman, tapi pola lubang pada bagian atas alas kaki ini berbeda dari Crocs ikonik dan terasa seperti keputusan yang sembarangan.

Secara tampilan, InMotion Clog terlihat seperti Crocs yang “dirakit jadi satu” dari berbagai model lain, seperti prototipe. Tampak depan dan belakangnya aneh, seperti rambut model mullet di dua sisi. Ketika saudara laki-laki saya mencobanya di apartemen saya, ekspresi kecewa dari istri saudara saya langsung berbicara banyak.

Bagi saya, footbed-nya tidak memiliki bentuk pendukung yang dimiliki oleh Classic Clog, walaupun bentuk luarnya mirip. Dukungan lengkungnya terasa amblas seiring waktu, setara dengan Mellow Luxe Recovery Slide.

Footbed clog ini memiliki kekerasan sekitar 28 Shore A, dan outsole-nya 42.2 Shore A.

Kalau kamu mencari kenyamanan empuk dengan sedikit dukungan, clog ini mungkin cocok, terutama jika kamu tidak terlalu peduli soal penampilan. Tapi dengan memilih ini, kamu mungkin mengorbankan semua elemen gaya yang sudah kamu pikirkan dengan baik.

- Kenyamanan empuk: 9/10

- Kenyamanan ortotik: 5/10

- Gaya: 3/10

Yang Awalnya Ingin Saya Benci Tapi Ternyata Tidak: InMotion Pacer

Dukungan khas Crocs tapi dalam bentuk sepatu sneaker: Crocs InMotion Pacer (Pria) - Apakah ini sneaker yang menyamar jadi Crocs yang menyamar jadi sneaker? Sepatu ini punya gabungan kualitas dari keduanya dan performanya melebihi ekspektasi.
Dukungan khas Crocs tapi dalam bentuk sepatu sneaker: Crocs InMotion Pacer (Pria) - Apakah ini sneaker yang menyamar jadi Crocs yang menyamar jadi sneaker? Sepatu ini punya gabungan kualitas dari keduanya dan performanya melebihi ekspektasi. (Affiliate market image)

Sejujurnya, awalnya saya sangat tidak suka ide sepatu sneaker dari Crocs.

Siapa yang ingin sepatu seperti itu? Crocs yang menyamar bukanlah Crocs. Itu hampir bertentangan dengan konsep aslinya. Dan secara prinsip, saya tidak suka desain yang “berbohong”.

Tapi saat model InMotion Pacer datang, saya dengan enggan harus mengubah pandangan saya soal tampilannya. Mereka benar-benar terlihat seperti sneaker lebih dari yang saya kira. Kalau saya tidak tahu ini Crocs, saya mungkin tidak akan sadar. Mereka memadukan elemen desain dari Stan Smith dan Air Force One, dengan sentuhan material khas Crocs. (Meski di foto terlihat sedikit mengilap karena bahannya, saat dilihat langsung, tampilannya lebih doff.)

Dan begitu saya memakainya, kaki saya merasa inilah yang dibutuhkannya.

Footbed-nya menggunakan LiteRide dengan kekerasan 27 Shore A — sangat lembut dibanding Croslite klasik, dan outsole-nya lebih keras, sekitar 44 Shore A. Ini membuat footbed tetap terlindungi dan stabil, tapi tetap memberi perlindungan cukup untuk dipakai di luar rumah. Desainnya berventilasi, jadi tidak membuat kaki berkeringat. Dan juga, sepatu ini tahan air.

Bentuk seperti sneaker membuat kaki tetap aman di tempat, jadi tidak mudah tergelincir seperti saat memakai clog, mengurangi risiko ketegangan otot kecil pada kaki.

InMotion Pacer memang sneaker, tapi tetap Crocs. Saya tidak akan mengganti semua sneaker saya dengan ini, terutama untuk hari dengan banyak jalan kaki, tapi sepatu ini sempurna jika kamu ingin pergi ke pantai, kolam renang, atau menikmati akhir pekan di musim panas. Cocok dipadukan dengan celana renang atau celana Lululemon untuk perjalanan cepat ke toko dekat rumah.

Satu masalahnya: sepatu ini cukup sempit. Kalau kamu punya kaki lebar, mungkin sepatu ini bukan untukmu.

- Kenyamanan empuk: 8/10

- Kenyamanan ortotik: 6/10

- Gaya: 5/10

Sepatu Segala Medan: Echo Clog

Clog besar bergaya modern: Crocs Echo Clog - Clog ini tangguh, bergaya, dan nyaman dipakai dalam jangka waktu lama.
Clog besar bergaya modern: Crocs Echo Clog - Clog ini tangguh, bergaya, dan nyaman dipakai dalam jangka waktu lama. (Affiliate market image)

Saya awalnya kesulitan memilih model dari lini Echo milik Crocs. Tapi kemudian mata saya langsung tertuju pada Echo Wave, clog slip-on dengan lekukan bergaya seperti kostum dari film Dune. Sepatu ini juga banyak digemari secara online. Tapi sejujurnya, saya tahu tidak mungkin saya bisa memakai model itu tanpa merasa aneh, apalagi saat harus memadukannya dengan pakaian sehari-hari saya.

Echo Clog terasa cukup pas untuk saya, memiliki siluet bulky tapi tetap elegan dan semi-futuristik, sekaligus masih terlihat seperti sepatu yang bisa saya pakai. Rasanya seperti Crocs off-road.

Echo memiliki footbed LiteRide di dalam cangkang Croslite yang lebih keras. Kekerasan footbed-nya sekitar 32 Shore A, dan cangkangnya 47 Shore A.

Berbeda dengan Mellow Luxe Slide, footbed yang lebih lembut pada Echo Clog terasa stabil berkat cangkang luarnya yang keras, memberikan kenyamanan dan dukungan seperti clog klasik, sambil tetap mempertahankan kelembutan khas LiteRide. Setelah dipakai lama, LiteRide memang terasa mulai amblas di bawah lengkungan kaki saya, tapi tidak secepat saat mengenakan model slide.

Tapi Echo Clog terlihat dan terasa sangat besar. Seperti kaki gajah. Saat memakainya, saya benar-benar merasa seperti gajah.

Karena cangkangnya yang besar, sepatu ini sekitar 2,5 cm lebih panjang dibandingkan clog klasik dengan ukuran yang sama. Agar proporsinya masuk akal, kamu harus mengecilkan ukurannya dari ukuranmu sebenarnya secara signifikan, yang mana hal ini bisa menimbulkan masalah biomekanik lainnya.

Saya juga merasa clog ini terlalu longgar. Tidak benar-benar memeluk kaki saya, dan lebih “lega” dibanding semua clog ukuran 10 lainnya yang saya coba. Saya coba ukuran 9 di toko, tapi tekanan dari tali bagian belakangnya membuat kaki saya langsung terasa tidak nyaman.

Tali belakangnya juga tidak bisa disesuaikan. Memang pada sebagian besar Crocs, tali belakangnya tidak bisa disesuaikan, tapi Echo Clog punya tali belakang kain yang terlihat bisa dikencangkan, dan saya kecewa saat tahu ternyata hal itu tidak bisa dilakukan. Kalau saja saya bisa mengencangkannya di tumit, sepatu ini akan jauh lebih nyaman untuk dipakai lama.

Soal gaya, cukup sulit untuk memadukan alas kaki ini. Sampai akhirnya, saya menemukan bahwa mereka paling cocok dipakai dengan bahan pakaian yang bertekstur tegas, seperti celana ballistic nylon atau linen tapered berwarna gelap.

Kesimpulannya, sepatu ini memang bergaya, tapi ukurannya aneh. Meski cukup nyaman, bukan jenis kenyamanan ideal untuk kaki saya.

- Kenyamanan empuk: 7/10

- Kenyamanan ortotik: 7/10

- Gaya: 7/10

Crocs yang Paling Tidak Terlihat Seperti Crocs: Dylan Clog

Clog busa yang tidak mencolok: Crocs Dylan Clog - Clog ini bisa tampak seperti sepatu biasa, bukan Crocs, sambil tetap mempertahankan kenyamanan lembut khas Crocs.
Clog busa yang tidak mencolok: Crocs Dylan Clog - Clog ini bisa tampak seperti sepatu biasa, bukan Crocs, sambil tetap mempertahankan kenyamanan lembut khas Crocs. (Affiliate market image)

Kamu bisa membayangkan Dylan Clog sebagai sepupu empuk dari Birkenstock Boston. Sepatu ini adalah clog yang bergaya dan kalem, yang dari kejauhan nyaris tidak bisa dikenali sebagai Crocs, dan lebih penting lagi, mampu menyamarkan bahan busanya dengan cukup baik lewat tekstur berbintik yang menyerupai kulit, cukup meyakinkan dari jarak jauh.

Saat artikel ini diterbitkan, Dylan Clog adalah satu-satunya model Crocs yang pernah direkomendasikan oleh Wirecutter, dan kami menyukainya bukan tanpa alasan. Clog ini nyaman dan cukup memberi support pada kaki, serta bisa dipadukan dengan banyak outfit, termasuk untuk bekerja atau pergi ke bar tanpa membuatmu merasa malu.

Ketika saya mengenakan Dylan Clog dengan celana Dickies 874 yang digulung dan disetrika rapi, istri saya bilang saya terlihat seperti arsitek Italia dari tahun 1930-an, dan ipar saya bilang outfit-nya terlihat seperti dari serial The Bear. Dipadukan dengan celana warna zaitun, tampilannya terasa seperti “kalau Dickie Greenleaf (karakter dari The Talented Mr. Ripley yang memiliki gaya klasik pria kaya Italia tahun 1950-an) bergaya dengan nuansa warna musim gugur.”

Dari segi bentuk, Dylan Clog mirip secara geometris dengan Classic Clog. Sama-sama terbuat dari Croslite, dengan bentuk footbed yang serupa. Kalau kamu sudah terbiasa dengan Classic Clog, ini akan terasa hampir identik, hanya saja sedikit lebih rendah di bagian lengkungan kaki. Namun, ukurannya sedikit lebih longgar (saya memakai ukuran 9 untuk Dylan Clog, tapi ukuran 10 untuk Classic Clog).

Masalahnya adalah Dylan Clog terasa cukup keras, terutama saat pertama kali dipakai. Pengukuran durometer footbed-nya rata-rata di 42 Shore A, mirip dengan Classic Clog warna hitam (sekitar 40–42 Shore A). Anehnya, Classic Clog warna putih dan lavender (milik saya dan istri saya) punya bacaan sekitar 34 Shore A, padahal semua klaimnya dibuat dari Croslite yang sama. Ini mengungkapkan satu kelemahan kecil di jajaran Crocs: warna hitam mungkin lebih keras daripada warna lain.

Walaupun saya pribadi tidak mengalami ini, banyak orang mengeluh soal desain tanpa ventilasi dan bahannya yang rapat, membuat bagian depan kaki terasa pengap.

Dylan Clog saya perlahan mulai melunak setelah dipakai, dan saya juga menemukan bahwa mengalirkannya di bawah air panas membantu sedikit melembutkan bahannya. Tapi kalau kamu butuh alas kaki yang super empuk, Dylan Clog bukan untukmu.

- Kenyamanan empuk: 3/10

- Kenyamanan ortotik: 6.5/10

- Gaya: 9/10

Si Legendaris: Classic Clog

Clog busa orisinal: Crocs Classic Clog - Lembut, mendukung secara ringan, dan tersedia dalam berbagai warna serta ukuran, dari kaki terkecil hingga terbesar.
Clog busa orisinal: Crocs Classic Clog - Lembut, mendukung secara ringan, dan tersedia dalam berbagai warna serta ukuran, dari kaki terkecil hingga terbesar. (Affiliate market image)

Pertama kali saya melihat seseorang memakai Crocs Classic Clog adalah saat digunakan kapten tim lari lintas alam saat SMA. Dia memakai warna oranye terang, katanya alas kaki itu bagus untuk pemulihan.

Dengan penuh kasih sayang, kami semua menertawakannya.

Sekarang, kalau saja saya tahu apa yang kapten saya tahu (dan seperti yang Fridman katakan tentang seberapa efektif Crocs sebagai sepatu pemulihan pasca-lari), mungkin rutinitas pemulihan saya akan lebih baik dan saya bisa menghindari banyak cedera selama bertahun-tahun. (Dan kalau saja saya punya keberanian untuk memakai sepatu oranye terang di SMA, mungkin saya juga lebih bisa berdamai dengan diri sendiri, tapi itu masalah lain.)

Apakah Classic Clog sepatu yang menarik? Tidak. Tapi juga... bukan tidak.

Alas kaki ini jelas unik dan mencolok saat pertama kali muncul. Mereka seolah sebuah pernyataan yang tegas dan tanpa malu. Mereka punya tujuan dan visi yang jelas. Crocs Classic Clog bahkan pernah dipajang di Museum of Modern Art.

Selama beberapa dekade terakhir, clog ini telah membangun identitas sosial dan estetika yang khas. Mereka begitu kuat secara visual dan fungsional, hingga di tahun 2025, tidak ada orang yang melihat Crocs dan bertanya "itu sepatu apa?" atau bingung kenapa dipakai. Mereka sudah menjadi ikon.

Dan itu, suka atau tidak, adalah sebuah style.

Ada alasan kenapa banyak selebritas seperti Justin Bieber dan Pharrell memakai Crocs, dan kenapa desain serta material Crocs ditiru oleh Yeezy, Nike, hingga Merrell. Mereka terasa seperti sepatu dari planet lain, tapi juga punya aura santai seperti seseorang yang baru keluar rumah untuk ngopi pagi sambil bawa koran. Ini sepatu yang bisa dengan mudah dikenakan Jeff Bridges sebagai The Dude.

Ada alasan juga kenapa perawat dan koki (serta pelari lintas alam) memakainya: Crocs nyaman. Mereka cocok dipakai berdiri lama, tersedia dalam banyak warna, dan cocok hampir di semua kaki, dari anak-anak hingga ukuran 13 pada pria dewasa.

Classic Clog memeluk kaki saya pada sudut yang tepat, memberikan rasa lega yang saya butuhkan. Begitu saya memakainya, semua ketegangan dari sepatu lain seperti langsung hilang, seolah-olah kaki saya "menghela napas."

Aliran udaranya bagus, tidak bikin kaki pengap. Materialnya lembut dan fleksibel, tapi tetap memberikan support yang dibutuhkan kaki. Footbed-nya yang bertekstur ringan seperti memberi pijatan lembut.

Sekarang produk ini adalah sepatu rumah andalan saya. Tapi kadang juga saya pakai untuk jalan-jalan jauh, mengemudi, bahkan penerbangan panjang. Saat kaki saya sedang paling bermasalah, ini satu-satunya sepatu yang memberi rasa lega yang nyata. Bahkan ada minggu-minggu penuh saat kaki saya cuma mau memakai Classic Clog.

Clog warna hitam saya punya bacaan sekitar 40 Shore A, lebih keras dibanding warna stucco atau lavender (sekitar pertengahan 30-an). Lagi-lagi, sepertinya warna hitam = lebih keras.

- Kenyamanan empuk: 6/10

- Kenyamanan ortotik: 8/10

- Gaya: 8/10

Crocs Rasa “Clockwork Orange”: On The Clock LiteRide Work Slip-On

Simpel, nyaman, dan sleek: On The Clock LiteRide Work Slip-On - Slip-on ini menyatukan gaya dan kenyamanan dengan sangat mulus.
Simpel, nyaman, dan sleek: On The Clock LiteRide Work Slip-On - Slip-on ini menyatukan gaya dan kenyamanan dengan sangat mulus. (Affiliate market image)

Saya tidak pernah terlalu tertarik dengan clog bergaya ortotik. Terlihat terlalu besar, terlalu melengkung, terlalu seperti guru seni di sekolah dasar.

Tapi begitu saya melihat sepatu ini di kaki saya, saya langsung terpikat.

On The Clock LiteRide Work Slip-On terlihat seperti sepatu yang bisa kamu temukan di dapur professional, tapi tidak membuat saya merasa seperti sedang memakai kostum. Bentuknya ramping tapi berat secara visual, memberikan pesona “itik buruk rupa” yang aneh, mirip Birkenstock Boston atau sepatu Blundstone, tapi tetap menghadirkan identitas uniknya.

Ini juga satu-satunya model Crocs yang saya coba dengan insole yang bisa dilepas. Cangkangnya keras dan hitam, dengan tapak datar tipis. Insole oranye terang dari LiteRide punya kekerasan sekitar 28 Shore A, dan outsole-nya sekitar 68 Shore A, kombinasi ini memberikan kenyamanan empuk + perlindungan ekstra + stabilitas.

Sepatu ini membuat kaki saya terasa mantap di tempatnya, bahkan saat jalan kaki jauh di taman. Saya nyaris tidak sadar sedang memakainya saat di rumah, seperti berjalan tanpa alas kaki karena benar-benar terasa bebas. Tidak ada Crocs lain yang memberi perasaan ini.

Insole-nya juga dibentuk dengan lengkungan halus yang tetap stabil sepanjang hari. Saya tidak merasakan kelelahan karena busa amblas seperti di model LiteRide lain. Ini selembut matras gym, tapi dengan dukungan seperti Classic Clog.

Sepatu ini cocok dipakai bersama jeans dengan potongan ramping, celana kasual, pakaian kerja, celana pendek, atau pakaian dari linen, nyaris semua outfit yang saya coba berhasil. Gayanya seperti sandal santai, tapi dengan sentuhan bulky yang elegan seperti sepatu Paraboot.

Singkatnya, saya suka tampilannya, saya suka rasanya di kaki saya.

Ada dua masalah yang saya temui.

Pertama, lubang ventilasinya nyaris tidak berguna. Sepatu ini hampir sepenuhnya tertutup, dan materialnya tidak bisa bernapas. Setelah beberapa jam, kaki bisa berkeringat dan terasa pengap (dan bau). Sebaiknya dicuci dengan sabun dan dikeringkan setelah dipakai. Lepaskan insole dan bersihkan juga setelah pemakaian lama.

Kedua, saya punya kaki lebar dan punggung kaki tinggi, kombinasi ini bikin sepatu terasa sedikit “mencubit” bagian atas kaki kiri. Kalau dipakai tanpa kaus kaki, mungkin kaki akan menjadi lecet. Tapi ini mungkin tidak jadi masalah bagi yang punya kaki normal atau rendah.

Saya juga curiga sol lem-nya akan jadi titik lemah pertama, terutama kalau sering dipakai di trotoar, meski hal ini memang belum terjadi di alas kaki yang saya miliki.

- Kenyamanan empuk: 9/10

- Kenyamanan ortotik: 8/10

- Gaya: 9/10

Taksonomi Crocs

Kaki saya dan gaya pribadi saya bercerita tentang satu hal. Kaki dan gaya kamu mungkin bercerita tentang hal yang berbeda. Dan hidup itu memang soal kompromi: gaya demi kenyamanan, sirkulasi udara demi tampilan, dukungan kaki demi empuknya sol. Bahkan dalam perjalanan saya sendiri, saya terus-menerus bimbang antara ingin terlihat keren atau merasa nyaman.

Kaki saya memang belum sembuh sepenuhnya, tapi dengan bantuan waktu, rehabilitasi, dan Crocs, rasa sakitnya sudah jauh berkurang. Baru-baru ini, saya melakukan perjalanan selama seminggu, berjalan kaki 9 mil per hari tanpa rasa tidak nyaman yang berarti, suatu pencapaian besar, mengingat dulu berjalan sebentar saja seperti berjalan tanpa alas kaki di atas kerikil. Setelah hari-hari panjang itu, saya selalu mengandalkan Crocs saya dan perlahan merasakan kelelahan mulai mereda.

Tidak semua Crocs memberikan kenyamanan dan dukungan yang disarankan dokter saya, atau gaya yang saya cari dari sebuah sepatu. Mellow Luxe Recovery Slide dan InMotion Clog mungkin tidak akan pernah masuk daftar alas kaki harian saya. Sebaliknya, Dylan Clog dan On The Clock LiteRide Work Slip-On sudah jadi bagian dari lemari sepatu harian saya.

Saya sekarang punya ikatan emosional dengan alas kaki saya itu; bagi saya, mereka sudah lebih dari sekadar sepatu pemulihan. Saya sering membayangkan cara-cara baru untuk memadupadankan mereka. Bahkan sesekali, saya melihat ke bawah, ke sepatu boots yang sedang saya kenakan, dan dengan setengah hati berpikir, "Outfit ini sebenarnya akan lebih bagus kalau pakai Crocs."

Artikel ini disunting oleh Hannah Rimm dan Maxine Builder.

Bacaan lanjutan

Cara Memilih Sepatu Lari Terbaik untukmu:

Sepatu terbaik adalah yang tidak membuat kamu memikirkannya saat sedang memakainya. Menemukannya bisa butuh trial-and-error. Inilah panduannya.

Hoka Ada di Mana-Mana. Tapi Apakah Mereka Sepatu Lari yang Tepat untukmu?

Hype Hoka setinggi solnya yang bertumpuk. Tapi itu bukan jaminan kualitasnya untuk semua orang.

Alat Pijat Ini Terlihat Seperti Alat Penyiksaan Zaman Pertengahan. Tapi Hasilnya Luar Biasa.

Untuk pemulihan pasca-lari, saya bersumpah atas nama Roll Recovery R8, penjepit dengan pegas dan rol karet bergalur yang memijat kaki seperti mimpi.

Tentang Penulis

Alexander Aciman

Apa yang Saya Tulis: Alexander Aciman adalah seorang editor. Ia pernah bekerja sebagai jurnalis, terlibat dalam proyek film dokumenter, dan menulis naskah untuk Amazon dan Lionsgate. Di waktu luangnya, kamu mungkin menemukannya sedang mengamati burung, berlari, atau membuat pasta.

Artikel ini diterbitkan oleh Wirecutter.

(c) 2025 Wirecutter

 

Selanjutnya

Artikel Rekomendasi

Artikel Terkait

4 Rekomendasi Tas Wanita Stylish dari MOSSDOOM, Awet dan Fungsional

4 Rekomendasi Tas Wanita Stylish dari MOSSDOOM, Awet dan Fungsional

Brand Mossdoom menghadirkan berbagai model tas wanita dengan desain modern, kualitas bagus, serta harga yang masih ramah di kantong

Dapat Rekomendasi Pakai Crocs dari Dokter, Ini Penilaian Saya Setelah Mencoba

Dapat Rekomendasi Pakai Crocs dari Dokter, Ini Penilaian Saya Setelah Mencoba

Untuk mencari Crocs yang paling tepat menopang persoalan gaya dan kenyamanan, saya meminta pihak Crocs mengirimkan beberapa produk mereka.

Inilah 9 Gaun Tamu Pernikahan Terbaik Setelah Saya Mencoba 24 Pilihan

Inilah 9 Gaun Tamu Pernikahan Terbaik Setelah Saya Mencoba 24 Pilihan

Kami menemukan sembilan gaun yang cocok dikenakan sebagai gaun tamu pernikahan tapi juga tetap stylish dipakai ke kantor, saat liburan, dan acara lain

5 Rekomendasi Inner Wanita yang Cocok Dipakai dengan Berbagai Outer dengan Harga di Bawah Rp100 Ribu

5 Rekomendasi Inner Wanita yang Cocok Dipakai dengan Berbagai Outer dengan Harga di Bawah Rp100 Ribu

Ingin tampilanmu lebih menarik dan tidak berisi saat pakai outer? Ini 5 rekomendasi inner yang bisa jadi pilihanmu dan harganya terjangkau.

5 Rekomendasi Sweater Anak yang Nyaman untuk Si Kecil, Murah Meriah dan Stylish

5 Rekomendasi Sweater Anak yang Nyaman untuk Si Kecil, Murah Meriah dan Stylish

Butuh sweater anak yang nyaman, stylish, dan harganya terjangkau? Cek 5 rekomendasi terbaiknya di sini!

25 Daftar Produk Sandap Selop yang Stylish dan Nyaman Dikenakan Sehari-hari

25 Daftar Produk Sandap Selop yang Stylish dan Nyaman Dikenakan Sehari-hari

Lagi cari sandal selop yang nyaman dan tetap stylish? Yuk, cek 25 rekomendasi terbaiknya buat lengkapi gaya santaimu.

30 Daftar Produk Tas Laptop KINMAC, Punya Desain Unik dan Berkualitas

30 Daftar Produk Tas Laptop KINMAC, Punya Desain Unik dan Berkualitas

Lagi cari tas laptop yang stylish, awet, dan beda dari yang lain? Yuk, cek 30 pilihan tas KINMAC dengan desain unik dan kualitas juara!

33 Daftar Produk Ikat Pinggang Pria yang Elegan, Punya Desain Premium

33 Daftar Produk Ikat Pinggang Pria yang Elegan, Punya Desain Premium

Temukan 33 ikat pinggang pria dengan desain elegan dan kualitas premium yang siap mempercantik penampilanmu!

30 Daftar Produk Terlaris Mukena Khadijah Label, Jadi Pilihan untuk Salat Idul Fitri

30 Daftar Produk Terlaris Mukena Khadijah Label, Jadi Pilihan untuk Salat Idul Fitri

Temukan 30 mukena Khadijah Label terlaris yang nyaman dan elegan, siap menyempurnakan ibadahmu di Idul Fitri tahun ini!

Lintang Nyuminar, Produk Unggulan dengan Sentuhan Budaya dan Kualitas Tinggi

Lintang Nyuminar, Produk Unggulan dengan Sentuhan Budaya dan Kualitas Tinggi

Lintang Nyuminar menawarkan produk unik yang memadukan keindahan tenun lurik tradisional dengan kulit berkualitas tinggi, menciptakan tas dan aksesori

Artikel Populer

5 Tips Memilih Pakaian Anak yang Nyaman Tapi Tetap Trendy

5 Tips Memilih Pakaian Anak yang Nyaman Tapi Tetap Trendy

Para orang tua modern semakin sadar bahwa pakaian anak harus memadukan dua hal penting sekaligus yakni kenyamanan dan gaya.

Produk Bertema 'Cinta Indonesia' Jadi Tantangan untuk 10 Finalis Shopee Jagoan UMKM Naik Kelas

Produk Bertema 'Cinta Indonesia' Jadi Tantangan untuk 10 Finalis Shopee Jagoan UMKM Naik Kelas

Kompetisi ini berhasil menjadi tontonan inspiratif yang meninggalkan kesan mendalam bagi penonton, sekaligus menumbuhkan optimisme baru bagi masa depa

6 Tips Memilih Outfit ke Kantor agar Tampil Rapi, Nyaman, dan Stylish

6 Tips Memilih Outfit ke Kantor agar Tampil Rapi, Nyaman, dan Stylish

Memilih outfit yang pas kadang bikin bingung, terutama saat ingin terlihat stylish tapi tetap sopan sesuai etika berpakaian di kantor.

5 Rekomendasi Kemeja Garis-Garis Logo Jeans yang Stylish dan Nyaman Dipakai Sehari-Hari

5 Rekomendasi Kemeja Garis-Garis Logo Jeans yang Stylish dan Nyaman Dipakai Sehari-Hari

Dari sekian banyak merek lokal, Logo Jeans menjadi salah satu brand yang menghadirkan koleksi kemeja garis-garis dengan desain menarik

7 Tips Fashion untuk Tubuh Mungil Agar Terlihat Stylish Setiap Hari

7 Tips Fashion untuk Tubuh Mungil Agar Terlihat Stylish Setiap Hari

Jika ingin terlihat modis dengan tubuh mungilmu, kuncinya ada pada tips fashion yang cerdas.