TRIBUNSHOPPING.COM - Di balik kerajinan tangan bernuansa budaya Indonesia yang kini telah menjangkau pasar internasional, terdapat sosok Agus Suryo, seorang perajin asal Sukoharjo, Jawa Tengah.
Melalui usaha bernama Suryoart Craft, pria berusia 48 tahun ini telah menekuni dunia kerajinan etnik sejak akhir tahun 2011.
Meski bermula dari hobi, kini karyanya telah menjadi simbol pelestarian budaya sekaligus produk unggulan yang digemari banyak orang, bahkan hingga luar negeri.
"Awalnya sih dari hobi," kenang Mas Suryo saat diwawancarai Cenderaloka, Rabu (12/06/2025).
Baca juga: Kisah Inspirasi Bien Craft dan Kerajinan yang Digeluti Belasan Tahun, Hasil dari Kedisiplinan
"Lalu lingkungan juga mendukung saya untuk berkarya di bidang pembuatan souvenir," tuturnya.
Dari sana, lahirlah berbagai produk etnik seperti wayang, topeng, ukiran, hingga ornamen khas Indonesia lainnya.
Semua dibuat dengan sentuhan lokal, dari desain hingga bahan bakunya.
Yang membuat Suryoart berbeda adalah konsistensinya dalam mengusung tema kearifan lokal.
Ia memproduksi souvenir dan ornamen bernuansa budaya Indonesia khususnya wayang dan topeng dengan pendekatan artistik.
Tidak hanya itu, bahan-bahan yang digunakan pun sebagian besar adalah bahan lokal dan ramah lingkungan.
"Kami pakai bahan natural seperti kayu dan kulit, tapi juga bahan daur ulang seperti aluminium bekas," jelas Mas Suryo.
"Aluminium itu kami cor jadi gantungan kunci, plakat, atau hiasan meja. Jadi bisa tetap bermanfaat."
Usaha yang mulai serius dijalankan sejak 2012 ini awalnya memasarkan produknya di daerah-daerah seperti Jakarta, Bali, dan Yogyakarta.
Produk Budaya yang Go Internasional

Seiring waktu, pasar Suryoart berkembang ke tingkat global.
"Sekarang sudah beberapa kali kirim ke luar negeri. Ke USA, Belanda, Rusia, Jepang, hingga Kaledonia Baru dan Perancis," tambahnya.
Handmade dan Nilai Lokal sebagai Kekuatan
Dalam proses produksinya, Suryoart sangat menjaga kualitas dan keunikan produk.
Semua karya dibuat secara handmade.
"Handmade itu jadi nilai lebih dari produk kami," ujar Suryo.
Ia juga menegaskan bahwa pembuatan dengan tangan manusia bukan hanya tentang hasil akhir, tapi juga soal nilai ekonomi dan sosial, karena membuka lapangan kerja dan memberdayakan masyarakat sekitar sebagai pengrajin.
"Dengan tenaga manusia, kita bisa bantu ekonomi masyarakat. Kita punya beberapa mitra plasma yang dilibatkan dalam proses produksi," tuturnya.
Tak heran jika produk Suryoart kerap menjadi pilihan berbagai instansi, bahkan kedutaan besar.
"Biasanya yang pesan itu kantor perwakilan di luar negeri yang ingin menampilkan budaya Indonesia. Entah itu untuk menghias kantor, rumah, atau ruang publik," katanya.
Tantangan UMKM dan Cara Menghadapinya

Namun seperti pelaku UMKM pada umumnya, Suryoart juga menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari keterbatasan teknologi pemasaran, permodalan, hingga sumber daya manusia (SDM).
"Teknologi pemasaran digital berkembang terus. Kita masih agak ketinggalan dibanding pelaku usaha lain yang lebih dulu digital," aku Mas Suryo.
Ia juga menyebut bahwa modal masih jadi kendala, terutama saat menerima pesanan dalam jumlah besar.
Masalah lainnya adalah keterbatasan tenaga kerja yang memiliki keterampilan khusus. "Ini kan kerajinan art craft, jadi butuh skill.
Baca juga: Julia Craft: Optimisme di Tengah Banyaknya Pesaing Modern Tanpa Meninggalkan Nilai Kerajinan
Nggak semua orang bisa bikin. Memang kita latih, tapi hasilnya belum tentu sesuai harapan," jelasnya.
Untuk menjaga kualitas meski SDM terbatas, Suryoart menerapkan SOP ketat.
"Kami punya standar produksi. Kalau barang nggak sesuai standar, ya nggak bisa dijual ke konsumen," ujarnya tegas.
Salah satu strateginya adalah memproduksi barang setiap hari untuk stok. Jadi saat ada pesanan besar, barang tetap tersedia dengan kualitas yang seragam.
"Showroom kami selalu ada stok. Jadi nggak hanya bikin saat ada order saja. Dengan begitu, kami bisa jaga kualitas dan siap kalau ada permintaan mendadak," tambahnya.
Kolaborasi dengan Perajin Lain

Meski sudah go internasional, namun Suryoart Craft tidak menutup kemungkinan untuk melakukan kolaborasi dengan perajin lain.
Justru, kolaborasi tersebut dipercaya menjadi salah satu strategi yang ia nilai efektif untuk memperluas jangkauan produksi sekaligus memperkuat rantai pasok dalam bisnis kerajinan etnik bernuansa budaya Indonesia yang ia tekuni sejak 2011.
"Kami masih sangat terbuka untuk kerja sama dengan pengrajin lain," ujar Mas Suryo dalam wawancara.
Menurutnya, dalam proses pembuatan satu produk kerajinan, sering kali terdapat dua hingga tiga komponen yang saling melengkapi.
Artinya, satu produk akhir bisa dikerjakan oleh beberapa tangan berbeda, tergantung pada spesialisasi masing-masing pengrajin.
"Jadi, misalnya mereka bisa bantu buatkan satu bagian atau komponen, lalu nanti akan kami rangkai di sini sesuai standar kami," jelasnya.
Dengan pendekatan ini, Suryoart bisa tetap menjaga konsistensi kualitas produk sembari memastikan kapasitas produksi tetap terjaga, terutama saat menerima pesanan dalam jumlah besar.
Kolaborasi ini juga menjadi solusi atas keterbatasan tenaga kerja dengan keahlian khusus yang selama ini menjadi salah satu tantangan utama dalam usaha kerajinan handmade.
Mas Suryo menyadari bahwa tidak semua orang memiliki skill untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi.

Maka dari itu, memperluas jaringan dengan para pengrajin yang memiliki kompetensi menjadi langkah cerdas dan strategis.
"Dengan cara ini, kami tetap bisa memenuhi permintaan pasar tanpa mengorbankan kualitas," tutupnya.
Kolaborasi bagi Suryoart bukan sekadar soal produksi, melainkan bagian dari semangat gotong royong dalam menjaga warisan budaya Indonesia tetap hidup dan dikenal luas.
Melalui Suryoart Craft yang beralamat di Jl. Melati 3 No. I-3 Perum Tiara Ardi RT 03/10 Purbayan, Baki, Sukoharjo, Jawa Tengah, Mas Suryo telah membuktikan bahwa dengan dedikasi, kualitas, dan kecintaan terhadap budaya, produk lokal bisa mendunia.
Baca juga: RG Ecoprint, Kerajinan Daun yang Membawa Keindahan Alami ke Dunia Fashion
Sebuah kisah inspiratif dari seorang perajin yang menjadikan nilai-nilai tradisi sebagai kekuatan untuk berkarya dan berbagi cerita tentang Indonesia ke seluruh penjuru dunia.
Cek Artikel dan Berita lainnya di
(Cynthiap/Tribunshopping.com)
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!