TRIBUNSHOPPING.COM - Tampon adalah sejenis pembalut namun dalam menggunakannya sedikit berbeda.
Jika pembalut hanya diletakkan didalam celana dalam, jika tampon dimasukkan kedalam vagina.
Hal ini yang membuat stigma bahwa tampon berkaitan dengan keperawanan.
Terdapat kekhawatiran bila tampon sampai merobek selaput dara atau label “gadis” bisa runtuh.
Berikut ini dikutip dari berbagai sumber, TribunShopping akan merangkum beberapa mitos terkait tampon:
Baca juga: Beralih dari Pembalut ke Tampon, Ini Rekomendasi 4 Produk Terbaik yang Bisa Kamu Coba
1. Tampon bisa menghilangkan keperawanan
Salah satu risiko penggunaan tampon pada mereka yang belum pernah berhubungan seksual adalah robeknya selaput dara (himen).
Banyak orang yang menganggap bahwa keperawanan ditandai dengan selaput dara yang masih utuh.
Sehingga ketakutan robeknya himen akibat memakai tampon, membuat produk ini kurang diminati.
Perlu diluruskan bahwa status keperawanan itu tidak dinilai dari robek atau tidaknya selaput dara, atau keluarnya darah saat pertama kali berhubungan seksual.
Risiko robeknya selaput dara pada penggunaan tampon memang ada, namun itu kecil dan tergantung cara pemakaian.
2. Tampon yang dimasukkan bisa saja hilang
Saat ingin mengeluarkan atau mengganti tampon, Anda tinggal menarik tali di ujungnya.
Tak jarang terjadi, ketika tali ditarik, silinder tampon tak ikut keluar alias talinya putus.
Tentu hal itu akan membuat Anda panik.
Baca juga: 5 Hal yang Wajib Dilakukan jika Menggunakan Pembalut Tampon
Jika tali tampon terlepas dan tampon masih di dalam, tak perlu bingung.
Disarankan oleh Dr. Megan yang dikutip dari klikdokter.com, untuk masukkan jari (yang bersih) ke dalam vagina dengan posisi jongkok bisa memudahkan Anda untuk menjangkaunya.
3. Memakai tampon terlalu lama bisa mengakibatkan toxic shock syndrome
Toxic shock syndrome (atau sindrom TS) merupakan komplikasi paling serius dari penggunaan tampon.
Penyebabnya adalah bakteri Staphylococcus aureus, yang secara normal terdapat di vagina.
Kejadian sindrom TS memang berhubungan dengan pemakaian tampon dalam jangka waktu lama.
Namun, jika tampon digunakan secara benar, rutin diganti, dan higienis, risiko sindrom TS akan mengecil.
4. Tampon tak boleh dipakai semalaman
Sama seperti pembalut, tampon juga memiliki aturan pemakaian yaitu maksimal 8 jam berturut-turut.
Jika Anda lupa atau pulang kantor kelelahan lalu tertidur saat tiba di rumah, tak perlu panik, segera lepas atau ganti saat ingat atau bangun.
Pada prinsipnya, tampon itu menyerap atau menahan darah menstruasi, sementara darah adalah media yang paling ideal untuk pertumbuhan bakteri.
Jadi, jika tampon dipakai lebih lama dari waktu sewajarnya, risiko infeksinya meningkat.
Infeksi ini bisa terjadi mulai dari keputihan biasa, radang vagina, radang leher rahim, hingga radang organ kewanitaan bagian dalam.
5. Tak perlu mengganti tampon saat ke toilet
Baik buang air kecil atau buang air besar, sebaiknya ganti tampon Anda setelahnya.
Pasalnya, jika urine membasahi tali tampon atau jika ada kontaminasi dari bakteri dalam tinja, maka Anda bisa saja terancam terkena infeksi.
Untuk mencegahnya, lebih baik untuk menggantinya tampon tiap 3-4 jam sekali.
Selain itu, setelah buang air kecil atau buang air besar, basuh vagina dari arah depan ke belakang, sehingga kuman dan saluran kemih atau anus tak akan masuk ke vagina.(*)
(RENI DWI/TRIBUNSHOPPING.COM)
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!