TRIBUNSHOPPING.COM - Dalam dunia UMKM, tidak semua pelaku usaha mampu bertahan lama.
Namun, berbeda dengan Asih Purnamawati, owner Bunda Craft, yang justru membuktikan bahwa ketekunan adalah kunci utama dalam membangun bisnis yang berumur panjang.
Selama 10 tahun, Asih menjalankan usaha kerajinan berbahan kain perca dengan konsistensi, semangat belajar, dan keberanian berinovasi.
Baca juga: Bunda Craft: Kunci Sukses UMKM Kerajinan yang Bertahan hingga 10 Tahun
Di balik setiap produk yang ia hasilkan, tersimpan perjalanan panjang penuh dedikasi serta cinta pada kerajinan lokal.
Kini, Bunda Craft bukan hanya sekadar usaha rumahan, tetapi telah menjadi bukti bahwa kreativitas mampu mengubah sesuatu yang tidak bernilai menjadi karya seni bernilai jual tinggi.
Mulai dari proses pemilihan bahan, produksi, hingga pemasaran, Asih menjalani setiap tahap dengan telaten. Keteguhannya inilah yang membuat bisnisnya terus bertahan di tengah tantangan zaman.
Asih dan Kegigihannya Tembus Omset Ratusan Juta
Bertahan membangun bisnis selama satu dekade bukanlah hal mudah, namun Asih Purnamawati, owner Bunda Craft, berhasil membuktikan bahwa ketekunan dan kreativitas mampu mengubah sesuatu yang dianggap tidak bernilai menjadi produk kerajinan bernilai seni tinggi.
Dalam industri craft yang penuh kompetisi, Asih terus bertahan dengan ciri khas bahan perca yang ia olah menjadi berbagai produk fungsional dan menarik.
Perjalanan panjangnya menjadi bukti bahwa usaha kecil pun bisa memiliki dampak besar bila dijalankan dengan passion dan konsistensi.
Usaha Bunda Craft berawal dari ketertarikan Asih terhadap kain perca yang sering dianggap limbah.
“Oh ya, awalnya sebenarnya justru saya, usaha saya itu mulai dari, saya itu otodidak istilahnya," ujarnya saat diwawancara Cenderaloka pada Jumat, (28/10/25).
Ia melanjutkan cerita bagaimana awalnya menciptakan produk yang kemudian laku dan membuat pelanggan puas.
"Saya melihat beberapa kain perca yang ada, kemudian awalnya saya bikin cuma dompet aja kecil, kemudian ada beberapa orang yang tertarik. Pada akhirnya dari mulut ke mulut, orang mulai mengenal produk saya,” ujarnya saat diwawancara Cenderaloka pada Jumat, (28/10/25).
Dari sinilah Bunda Craft mulai berkembang.
Baca juga: Julia Craft: Optimisme di Tengah Banyaknya Pesaing Modern Tanpa Meninggalkan Nilai Kerajinan
Asih mengungkap, “Dari situ saya semakin tertarik dan semakin mengembangkan perca itu."
"Jadi sesuatu barang yang memang dinilai enggak berharga sih, karena mungkin sudah menjadi barang yang sudah dibuang istilahnya. Kemudian menjadi sesuatu yang mempunyai nilai," ujarnya.
Sebelum media sosial berkembang pesat, pemasarannya murni mengandalkan rekomendasi pelanggan.
“Iya, awalnya begitu. Dulu sebelum media sosial yang seperti ini, kita memang dari mulut ke mulut aja,” katanya.
Namun kini, pemasarannya ikut berkembang.
Meski merasa kesulitan mengelola konten media sosial, Asih tetap memaksimalkan peluang.
Produk Bunda Craft bahkan sudah lama dititipkan di sebuah toko di Jogja.
“Saya di Jogja itu satu bulan saya mereka orderan dua kali dan itu sudah hampir 7–8 tahun saya penyuplai Jogja.”
Kerja sama dengan instansi juga pernah dilakukan.
Dalam hal inovasi, Asih menegaskan pentingnya menghadirkan produk baru.
“Saya punya istilahnya inovasi-inovasi produk baru, karena saya harus mengisi beberapa toko yang harus produk-produk baru juga.”
Produksi dilakukan bersama tim kecil.
Salah satu kisah paling berkesan terjadi saat produknya dibawa ke Jogja Fashion Week.
Baca juga: Kisah Inspirasi Bien Craft dan Kerajinan yang Digeluti Belasan Tahun, Hasil dari Kedisiplinan
“Dari pelanggan itu ada yang benar-benar tertarik, sampai dia pernah memberi saya orderan dengan MOU sebesar 100 juta,” jelasnya.
Pelanggan tersebut bahkan masih setia memesan di Bunda Craft hingga sekarang.
Asih menutup dengan kebanggaan: peluang terbesar bisa datang dari tempat yang lain.
“Karena di Solo kan gudang crafter, kita harus mencari peluang di luar.”
Kisah 10 tahun Bunda Craft adalah bukti bahwa kreativitas, ketekunan, dan menjaga kepercayaan pelanggan adalah kunci bertahan di industri kerajinan.
Asih Purnamawati telah membuktikannya.
(Cynthia/Tribunshopping.com)