TRIBUNSHOPPING.COM - Menjaga area kemaluan agar tetap sehat adalah kewajiban semua wanita.
Namun, tak jarang masalah gatal pada area tersebut tetap muncul dan mengganggu aktivitas hari-harimu.
Pada dasarnya, ada banyak faktor penyebab vagina gatal, dari yang umum hingga yang berbahaya.
Nah, kali ini Tribunshopping akan membagikan informasi mengenai penyebab gatal pada area kemaluan menurut Dokter Hayatun Nufus dan cara mengatasinya.
Baca juga: Faktor Penyebab Gatal pada Area Selangkangan dan Cara Mengatasinya
Baca juga: 4 Kondisi Penyebab Bibir Gatal Secara Tiba-tiba, Pernah Mengalaminya?
1. Kesalahan saat mencukur bulu kemaluan
Kulit pada area ini akan langsung terasa halus dan bersih setelah selesai bercukur.
Namun, saat nantinya rambut kemaluan tumbuh kembali, kamu akan sangat mungkin merasa gatal.
Kamu juga perlu berhati-hati saat memilih alat untuk mencukur.
Karena kulit area vagina dan selangkangan sangatlah sensitif.
Ketika alat cukur kamu tidak bersih atau cara mencukur kamu salah, ini bisa menyebabkan kulit vagina memerah dan gatal.
Mungkin juga akan muncul rasa panas seperti terbakar.
Jadi, bagaimakah cara mengatasinya?
Caranya, jangan mencukur rambut kemaluan sampai habis.
Potong sedikit ujung-ujung rambutnya dan sisakan beberapa centimeter serta pilihlah alat cukur dengan kualitas terbaik.
Baca juga: Gatal Karena Ketombe? Ini Dia Rekomendasi Sampo Atasi Ketombe Berlebih
Baca juga: 4 Bahan Alami Ini Mampu Mencerahkan Area Selangkangan yang Menghitam
Kamu juga bisa mencoba metode bikini wax agar tidak gatal-gatal setelahnya.
Setelah bercukur atau waxing, oleskan krim lotion hypoallergenic untuk melindungi kulit vagina.
Mintalah rekomendasi dari teman atau petugas toko untuk memilihkan produk yang tepat.
2. Infeksi jamur
Menurut Dokter Hayatun Nufus, 3 dari 4 wanita di dunia pernah mengalami infeksi jamur vagina, minimal sekali dalam hidupnya.
Infeksi jamur terjadi saat ragi Candida albicans yang hidup alami di vagina berkembang liar.
Adapun faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena infeksi jamur vagina adalah perubahan hormon saat hamil, hubungan seks, konsumsi antibiotik, dan daya tahan tubuh menurun.
Selain gatal pada vagina, infeksi Candidiasis menyebabkan munculnya keputihan abnormal berupa lendir kental berwarna putih dan keruh.
Cara mengatasi infeksi jamur ringan bisa diobati dengan krim anti jamur tanpa resep.
Namun, sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter sebelum membeli obat di apotek.
3. Iritasi Kulit
Iritasi kulit seperti gatal-gatal dapat disebabkan oleh alergi terhadap bahan kimia dalam produk tertentu.
Selain gatal, hal ini juga dapat menyebabkan kulit vagina bengkak, memerah dan akhirnya menebal keras.
Munculnya gejala iritasi jamur bisa dicegah dan diatasi dengan menghindari pemicunya.
Jika kamu tahu bahwa kulit kamu sensitif dan rentan iritasi, gunakan produk perawatan tubuh yang hypoallergenic.
Selain itu, hindari bercukur dan menggunakan vaginal douche.
Cukup bilas atau basuh vagina dari depan ke belakang dengan air bersih setiap kali akan membersihkannya dan keringkan dengan baik.
Meski gatalnya tak tertahankan, jangan pernah menggaruk area ini.
Karena menggaruk vagina justru akan membuatnya terasa semakin gatal dan terluka.
4. Bacterial vaginosis
Bacterial vaginosis atau BV adalah penyebab paling umum dari gatal pada vagina.
BV disebabkan oleh peradangan dari infeksi bakteri yang mengubah kondisi pH dalam vagina.
Kondisi ini, bisa dialami wanita di segala usia, tapi paling sering menyerang wanita usia subur.
Selain rasa gatal pada vagina, infeksi ini juga ditandai dengan berbagai gejala seperti keputihan dengan tekstur yang lebih cair dan berwarna keabuan, putih atau hijau.
Selain itu, vagina berbau amis atau busuk, rasa gatal pada vagina, dan rasa terbakar saat buang air kecil
Cara mengatasinya, biasanya dokter biasanya meresepkan antibiotik berupa pil, krim atau kapsul (ovula) yang dimasukkan ke dalam vagina.
Jika kamu sedang hamil, dokter akan meresepkan antibiotik pil.
BV biasanya akan mereda dalam 2 sampai 3 hari setelah mengkonsumsi obat.
Namun, lama pengobatan dapat berlangsung selama 7 hari.
Jadi, jangan hentikan penggunaan obat sebelum jangka waktu resep habis bahkan jika kamu sudah merasa lebih baik.
Selain itu wajib pastikan untuk menaati aturan pakai dan jangka waktu penggunaan dosis.
5. Menopause
Saat hormon estrogen kamu naik atau turun, besar kemungkinan salah satu efek yang kamu rasakan adalah gatal pada vagina.
Menstruasi, kehamilan, menggunakan pil KB, atau menopause bisa jadi penyebab vagina gatal sewaktu-waktu, khususnya selama menopause,
Kadar estrogen saat menopause akan menurun drastis yang kemudian menyebabkan dinding vagina mengering dan menipis.
Kombinasi kondisi ini menjadi salah satu penyebab vagina terasa gatal sehingga kamu terus ingin menggaruknya.
Cara mengatasinya, dokter biasanya akan meresepkan krim hormon yang dapat kamu oleskan lansung di area yang bermasalah.
Namun, kamu juga dapat meminta untuk beralih ke versi pil jika gatal tidak kunjung menghilang.
6. Stres
Siapa sangka stres termasuk salah satu penyebab vagina gatal yang tidak banyak disadari.
Karena stres disebut bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh seseorang.
Ketika sistem kekebalan tubuh melemah, otomatis tubuh tidak bisa berfungsi secara normal.
Padahal, sistem kekebalan tubuh atau imun berperan penting mencegah infeksi, termasuk salah satunya infeksi bakteri pada vagina.(*)
(RIRIN/TRIBUNSHOPPING.COM)